Minggu, 24 Juli 2011

BUDIDAYA PADI LAHAN RAWA


MENGENAL VARIETAS PADI CIHERANG
Nama Varietas : Ciherang
Kelompok : Padi Sawah
Nomor Seleksi : S3383-1d-Pn-41–3-1
Asal Persilangan : IR18349-53-1-3-1-3/IR19661-131-3-1//IR19661-131-3-1///IR64 ////IR64
Golongan : Cere
Umur Tanaman : 116-125 hari
Bentuk Tanaman : Tegak
Tinggi Tanaman : 107-115 cm
Anakan Produktif : 14-17 batang
Warna Kaki : Hijau
Warna Batang : Hijau
Warna Daun Telinga : Putih
Warna Lidah Daun : -
Warna Daun : Hijau
Warna Muka Daun : Kasar pada sebelah bawah
Posisi Daun : Tegak
Daun Bendera : Tegak
Bentuk Gabah : Panjang ramping
Warna Gabah : Kuning bersih
Kerontokan : Sedang
Kerebahan : Sedang
Tekstur Nasi : Pulen
Kadar Amilosa : 23%
Bobot 1000 Butir : 27-28 g
Rata – Rata Produksi : 6 t/ha
Potensi Hasil :  8,5 t/ha
Ketahanan Terhadap Hama :-Tahan terhadap wereng coklat biotipe 2 dan 3-:
Ketahanan Terhadap Penyakit: Tahan terhadap bakteri hawar daun (HDB) strain III dan IV
Anjuran : -Cocok ditanam pada musim hujan dan kemarau dengan ketinggian di bawah 500 m dpl.

BUDIDAYA PADI LAHAN RAWA

Lahan rawa semakin penting peranannya dalam upaya mempertahankan swasembada beras dan mencapai swasembada bahan pangan lainnya, mengingat semakin berkurangnya lahan subur untuk area pertanian di Pulau Jawa akibat alih fungsi lahan ke perumahan dan keperluan non pertanian lainnya. Potensi lahan rawa lebak di Indonesia mencapai 14 juta hektar, terdiri dari rawa lebak dangkal seluas 4.166.000 ha, lebak tengahan seluas 6.076.000 ha, dan lebak dalam seluas 3.039.000 ha (Adhi, et al., dalam Rafieq, 2004). Sebagian lahan rawa lebak ini belum dimanfaatkan untuk usaha pertanian sehingga potensi pengembangannya masih sangat besar.
Kata lebak diambil dari kosakata Bahasa Jawa yang berarti lembah atau tanah rendah (Poerwadarminto, 1976). Rawa lebak adalah wilayah daratan yang mempunyai genangan hampir sepanjang tahun, minimal selama tiga bulan dengan tinggi genangan minimal 50 cm. Rawa lebak yang dimanfaatkan atau dibudidayakan untuk pengembangan pertanian, termasuk perikanan dan peternakan disebut lahan rawa lebak. Rawa lebak yang sepanjang tahun tergenang atau dibiarkan alamiah disebut rawa monoton, sedangkan jika kedudukannya menjorok masuk jauh dari muara laut/sungai besar disebut rawa pedalaman. Atau dapat juga diartikan dengan sawah rendahan yang tergenang secara periodik sekurang-kurangnya tiga sampai enam bulan secara kumulatif dalam setahun, dan dapat kering atau lembab tiga bulan secara komulatif dalam setahun.
Rawa lebak secara khusus diartikan sebagai kawasan rawa dengan bentuk wilayah berupa cekungan dan merupakan wilayah yang dibatasi oleh satu atau dua tanggul sungai (levee) atau antara dataran tinggi dengan tanggul sungai. Bentang lahan rawa lebak menyerupai mangkok yang bagian tengahnya paling dalam dengan genangan paling tinggi. Semakin ke arah tepi sungai atau tanggul semakin rendah genangannya. Pada musim hujan genangan air dapat mencapai tinggi antara 4-7 meter, tetapi pada musim kemarau lahan dalam keadaan kering, kecuali dasar atau wilayah paling bawah. Pada musim kemarau muka air tanah di lahan rawa lebak dangkal dapat mencapai > 1 meter sehingga lebih menyerupai lahan kering (upland).
Lahan rawa lebak dipengaruhi oleh iklim tropika basah dengan curah hujan antara 2.000-3.000 mm per tahun dengan 6-7 bulan basah (bulan basah = bulan yang mempunyai curah hujan bulanan > 200 mm) atau antara 3-4 bulan kering (bulan kering = bulan yang mempunyai curah hujan bulanan <>
Bahan induk tanah rawa lebak umumnya berupa endapan aluvial sungai, endapan marin, atau gambut yang terbentuk pada periode era Holosen, yaitu sejak 10.000 sampai 5.000 tahun silam yang jauh lebih tua jika dibandingkan dengan endapan di delta sepanjang sungai yang diperkirakan terbentuk antara 2.500-3.000 tahun silam (Prasetyo et. al., 1990; Furukawa, 1994; Neuzil, 1997). Sifat fisika tanah dari lahan rawa lebak umumnya tergolong masih mentah, sebagian melumpur, kandungan lempung (clay) tinggi, atau gambut tebal dengan berbagai taraf kematangan dari mentah (fibrik) sampai matang (saprik). Lapisan bawah dapat berupa lapisan pirit (FeS2) yang berpotensi masam; atau pasir kuarsa yang miskin hara; sifat kimia, kesuburan, dan biologi tanah tergolong sedang sampai sangat jelek. Hidrologi atau sistem tata air kebanyakan lahan rawa lebak sangat buruk. Ketersediaan sarana dan prasarana tata air yang mendukung belum memadai sehingga kinerja pengatusan (drainage), pelindian (leaching), dan penggelontoran (flushing) belum mampu mempercepat perkembangan tanah.
Potensi pertanian di lahan rawa lebak cukup luas dan beragam. Watak dan ekologi masing-masing lokasi dan tipologi lahan rawa lebak merupakan faktor penentu dalam penyusunan pola tanam dan jenis komoditas yang dibudidayakan. Pola tanam dan jenis komoditas yang dikembangkan di lahan rawa lebak dapat didasarkan pada tipologi lahan.
Lahan rawa lebak sebagian besar dimanfaatkan untuk pengembangan budidaya padi yang dapat dipilah dalam pola (1) padi sawah timur (sawah rintak) dan (2) padi sawah barat (sawah surung). Sawah timur pada musim hujan tergenang sehingga hanya ditanami pada musim kemarau. Sawah timur ini umumnya ditanami padi rintak, yaitu padi sawah irigasi yang berumur pendek (high yielding variety) seperti varietas IR 42, IR 64, IR 66, cisokan, ciherang, cisanggarung, mekongga, kapuas, lematang, margasari (tiga varietas terakhir merupakan padi spesifik rawa pasang surut) dengan hasil rata-rata 4-5 ton per hektar.

Pertumbuhan tanaman padi di tanah lebak dapat berlangsung baik, asal persyaratan sebagai berikut terpenuhi:
- Dimusim kemarau
Air Tanah lebak (rawa) mengalir perlahan – lahan dan tidak dapat kering
- Di Akhir musim kemarau
Pada saat lebak kering selama 1- 2 bulan, padi diusahakan mendekati tua, sebab pada saat itu sangat baik untuk proses kematangan buah padi

Panen
Panen harus sudah selesai pada saat air menggenangi tanah lebak di awal musim hujan

Sedangkan syarat –syarat varietas padi yang ditanam di tanah lebak adalah
  • Varietas berumur pendek (genjah) yaitu 5 -5 1/2 bulan karena sangat di pengaruhi oleh kondisi air, walaupun umur padi itu genjah tapi karena proses metabolism yang lambat maka panen padi lebak akan memakan waktu yang sangat lama
  • Varietas yang peka terhadap lama penyinaran
  • Varietas padi unggul baru maupun varietas lokal

1. Persiapan Tanam
Dalam Persemaian padi lebak, hal –hal yang perlu dipersiapkan yaitu: Lahan (Media Pertanaman) harus dipersiapkan pada waktu yang tepat yakni dengan cara melakukan pengolahan tanah pada awal musim kemarau (sekitar bulan Maret/April)
Karena tanah lebak bertekstur Lumpur, maka pengolahan tanahnya berbeda dengan pengolahan tanah padi sawah. Pada tanah lebak pengolahan tanah tersebut cukup dengan cara membersihan tumbuhan liar saja

2. Persemaian
Dalam menyemai padi lebak, dikenal dua cara persemaian yaitu:
1. Persemaian Terapung
Yakni persemaian yang dilakukan diatas permukaan air dengan bantuan rakit, karena pada saat tinggi air pada tanah lebak masih diatas 40 cm. persemaian tersebut dapat dilanjutkan dengan persemaian lanjutan pada tanah lebak yang dangkal airnya. Persemaian semacam ini dapat dilakukan dua atau 3 kali

Cara Pelaksanaan
1. Mula –mula di buat persemaian berukuran 3 x 1 meter dengan menggunakan benih sebanyak 1 kg, yang dilakukan diatas rakit khusus untuk persemaian
2. Benih yang sebelumnya sudah dikecambahkan di tangkarkan di persemaian dengan jarak 8 x 10 cm, masing –masing 2 - 3 sendok makan, kemudian di tutup daun pisang selama 1 (satu) minggu
3. Selama bibit berumur 1 minggu, maka daun penutup tadi harus dibuang dan semai dibiarkan tumbuh tanpa pelindung
4. Bibit segera di tanam, apabila tinggi air di tanah lebak sudah menurun menjadi 30 – 40 cm dan bibit telah berumur 3 (tiga) minggu
5. Apabila tinggi air di tanah lebak masih diatas 40 cm, maka bibit masih bisa dipertahankan. Akan tetapi bibit tadi harus di pindahkan pada tanah yang dangkal airnya (20 - 30 cm)
6. Sedangkan luas persemaian yang kedua ialah 5 atau 6 kali luas luas persemaiann sebelumnya, dengan tujuan untuk penjarangan.
7. cara menyemai yang kedua dilakukan sebagai berikut:
Mula – mula ujung bibit di potong, sehingga tinggi bibit menjadi 20 -30 cm dab tiap rumpun di tanam 2- 3 bibit kedalaman penanaman (semai) 5 cm jarak tanam 15 x 15 cm
8. Persemaian ketiga dapat dilakukan, bila bibit telah berumur 20 – 30 hari di persemaian kedua tidak dapat di tanam di tanah lebak, akibat tinggi air di tanah lebak belum mencapai 30 – 40 cm .
Caranya adalah menyiapkan tanah yang airnya dangkal seluias 5 atau 6 kali persemaian yang kedua, yakni menunggu turunnya air di tanah lebak hingga mencapai 30 – 40 cm

2. Persemaian Darat
Yakni persemaian yang dilakukan diatas pematang (tepi sungai pekarangan ataupun di tanah rendah)
- Saat menyemai adalah persemaian padi lebak sebaiknya dilakukan pada bulan Pebruari
- Keperluan benih adalah benih yang dibutuhkan untuk persemaian adalah
- Persemaian terapung sebanyak 25 – 30 kg/ha
Persemaian terapung membutuhkan bibit yang lebih sedikit daripada bibit yang disemai di persemaian darat karena pada persemaian terapung kemungkinan rusaknya bibit pada waktu pencabutan sangat kecil dibandingkan dengan persemaian darat
- Persemaian Darat sebanyak 30 – 40 kg/ha

Cara penyemaian
a. Menyiapkan tanah pekarangan , pematang pinggiran sungai ata pada bagian tanah yang rendah, untuk dibersihkan dari rerumputan
b. Sebelum benih disemai, harus direndam terlebih dahulu selama 2 malam, hal ini maksudkan untuk perkecambahan
c. Membuat lubang sedalam 2 – 3 cm dengan jarak 8 – 10 cm pembuatan lubang ini dapt dilakukan dengan tugal
d. Setiap lubang dimasuki benih sebanyak 2- 3 sendok makan
e. Untuk mencegah kerusakan akibat serangan hama, hujan deras ataupun kekeringan, maka setelah benih tadi di masukan kedalam lubang, selanjutnya lubang ditutup kembali dengan menggunkan tanah ataupun daun – daun kering, daun aren dan lain sebagainya
f. Untuk persemaian tahap berikutnya (persemaian kedua dan persemaian ketiga) seperti yang dillakukan pada persemaian terapung

3. Bertanam Padi Lebak
Penanaman padi di lahan sawah lebak dapat dilakukan secara bertahap dengan memperhatikan kondisi genangan air yang ada, pada prinsipnya penanaman terlebih dahulu dilakukan pada kondisi lahan yang genangan airnya sudah mulai berkurang, saat pemindahan bibit diusahakan bibit dalam kondisi masih segar untuk mengurangi terjadi stres pada tanaman. Bibit padi yang siap tanam bila bibit telah mencapai ketinggian 20 - 25 cm, dengan ketinggian 20 – 25 cm dimaksudkan penanaman dilakukan pada waktu awal musim kemarau, atau telah berumur 20 - 30 hari di persemaian, jarak tanam yang digunakan dalam budidaya tanaman padi di lahan lebak 20 x 25 cm

Agar tanaman bisa tumbuh seperti yang diinginkan, maka di dalam melakukan penanaman perlu di perhatikan hal – hal sebagai berikut
1. Umur bibit .
Pada saat umur bibit telah mencapai 50 - 90 hari dan tinggi air di tanah lebak antara 30 – 40 cm dengan ketinggian ini dimaksudkan bahwa penanaman dilakukan pada musim hujan, maka bibit dapat segera di tanam, yakni sekitar bulan juni


2. Cara memindahkan dan menanam bibit
Pada saat melakukan pencabutan bibit diusahakan agar supaya akar tidak banyak yang terputus. Kemudian ujung daun bibit tadi di potong agar tidak banyak terjadi penguapan. Dengan demikian panjang bibit menjadi sekitar 60 cm

3. Cara menanam
Penanaman dilakukan dengan cara melubangi tempat – tempat yang akan ditanami dengan alat tugal, jarak tanamnya diatur 30 x 40 cm, dan setiap lubnag ditanam 2 - 3 bibit
Apabila dibandingkan dengan penanaman padi sawah, maka cara penanaman padi lebak sangat jauh berbeda, sebab penanaman padi lebak sangat dipenagruhi oleh musim. Disini peranan musim sangat mutlak terlebih – lebih pada saat memulai tanam. Hal ini berhubungan dengan keperluan pengairan


4. Pemeliharaan
Pemeliharaan tanaman padi di lahan sawah lebak meliputi :
- Pembersihan dari gulma/tanaman liar (penyiangan I dan II)
- Pemeliharaan dari serangan hama (PHP I dan II) seperti tikus, pengerek batang padi dan belalang,
- Pembersihan disekitar pematang dilakukan untuk mencegah serangan dari hama tikus dan dimaksudkan tikus tidak bersarang dipematang
- Pemupukan tidak dilakukan pada padi lebak karena sulit untuk menentukan berapa dosis yang dibutuhkan, dan kebutuhan untuk P sudah tersedia di alam

Dalam rangka pemeliharaan ini yang perlu dilakukan terutama ialah penyiangan , pengendalian hama dan penyakit.
Penyiangan dapat dilakukan hingga 3 kali yaitu yang disiangi adalah rumput – rumputan serta tumbuhan air lainnya. Penyiangan sebaiknya dilakukan setiap 30 hari sekali. Penyiangan pertama di mulai pada saat tanaman berumur 30 hari setelah tanam.

Pengendalian hama dan penyakit di tanah lebak sama dengan cara – cara yang dilakukan untuk mengendalikan hama dan penyakit pada sistem padi sawah. Sebab jenis hama dan penyakitnya pada umumnya sama

5. Panen

Pemungutan hasil padi lebak pada umumnya dilakukan sampai tiga kali, sebab masaknya buah padi tersebut tidak serentak. Disamping itu juga untuk mengurangi hilangnya gabah akibat rontok selama pemungutan panen pertama merupakan panen yang terbesar, panen ini biasanya dilakukan pada bulan September dan oKtober. Sedangkan panen berikutnya merupakan panenan kecil. Pada saat padi dipanen , air diusahakan dalam keadaan macak – macak.
Sedangkan untuk menentukan umur panen padi di lahan sawah lebak ada beberapa cara antara lain sebagai berikut:
- Berdasarkan umur tanam. Panen dilaksanakan berdasarkan umur tanaman sesuai dengan deskripsi varietas, sekitar 105 - 125 hari setelah tanam
- Berdasarkan kenampakan. Cara ini dilakukan dengan melihat warna bulir padi yang sudah menguning dan daun bendera yang masih hijau atau mulai menguning
- Berdasarkan ketersedian tenaga kerja Lahan sawah lebak sering terjadi kebanjiran saat padi akan dipanen. Di daerah ini biasanya sulit mencari tenaga kerja, sehingga penen dilakukan bila tenaga panen telah tersedia, walaupun padi belum matang optimal.

6. Pasca Panen
Perlakuan pasca panen terhadap hasil kegiatan panen padi sawah lebak meliputi :
- Pembangunan pondok untuk hasil panen
- Pengeringan hasil panen
- Penyimpanan hasil panen
- Transportasi hasil panen

Selasa, 12 Juli 2011

Data Kelompok Tani dan GAPOKTAN Kec. Mendahara Ulu


DATA GAPOKTAN
NO
DESA
NAMA GAPOKTAN
KETUA
SEKRETARIS
BENDAHARA
1
BUKIT TEMPURUNG
BUANA LESTARI
NAJEMI.MK
SIDIK HARAHAP
A.SOMAD
2
SIMPANG TUAN
SUMBER AGUNG
YAHYA.AB
ISMA`IL.AB
RUSLAN.NAINGGOLAN
3
SUNGAI TOMAN
MITRA JAYA MANDIRI
NB.SIREGAR
SUKARDI
SUJITO
4
MENCOLOK
BINA AGRO MANDIRI
SUHADI
SUHAIMI
IMAM SUGIANTO
5
PEMATANG RAHIM
BINA BERSAMA
SISMAN
SYAMSURI
MUNAWIR
6
SINAR WAJO
WAJO AGRO BERSAMA
ABDUL SATAR
Z.ABIDDIN
ABDURAHMAN
7
SUNGAI BERAS
MULIA TANI
TOIMUN
KAMSON
M.IDRUS

DATA KELOMPOK TANI
NO
DESA
JUMLAH KELOMPOK TANI
KELAS KELOMPOK
PEMULA
LANJUT
MADYA
UTAMA
1
BUKIT TEMPURUNG
7
7
-
-
-
2
SIMPANG TUAN
12
11
1
-
-
3
SUNGAI TOMAN
11
10
1
-
-
4
MENCOLOK
15
15
-
-
-
5
PEMATANG RAHIM
16
16
-
-
-
6
SINAR WAJO
17
15
1
1
-
7
SUNGAI BERAS
8
8
-
-
-


86
82
3
1

Sabtu, 09 Juli 2011

BUDIDAYA TERNAK KAMBING DAN DOMBA

Lokasi : Peternakan kambing dan Domba Bpk. Daus Kel. Simpang Tuan

BUDIDAYA TERNAK KAMBING

1. PENDAHULUAN
Ternak kambing sudah lama diusahakan oleh petani atau masyarakat sebagai usaha
sampingan atau tabungan karena pemeliharaan dan pemasaran hasil produksi (baik
daging, susu, kotoran maupun kulitnya) relatif mudah. Meskipun secara tradisional
telah memberikan hasil yang lumayan, jika pemeliharaannya ditingkatkan (menjadi
semi intensif atau intensif), pertambahan berat badannya dapat mencapai 50 - 150
gram per hari. Ada tiga hal pokok yang harus diperhatikan dalam usaha ternak
kambing, yaitu: bibit, makanan, dan tata laksana.

2. BIBIT
Pemilihan bibit harus disesuaikan dengan tujuan dari usaha, apakah untuk pedaging,
atau perah (misalnya: kambing kacang untuk produksi daging, kambing etawah untuk
produksi susu, dll). Secara umum ciri bibit yang baik adalah yang berbadan sehat,
tidak cacat, bulu bersih dan mengkilat, daya adaptasi tinggi terhadap lingkungan.
o Ciri untuk calon induk:
1. Tubuh kompak, dada dalam dan lebar, garis punggung dan pinggang
lurus, tubuh besar, tapi tidak terlalu gemuk.
2. Jinak dan sorot matanya ramah.
3. Kaki lurus dan tumit tinggi.
4. Gigi lengkap, mampu merumput dengan baik (efisien), rahang atas
dan bawah rata.
5. Dari keturunan kembar atau dilahirkan tunggal tapi dari induk yang
muda.
6. Ambing simetris, tidak menggantung dan berputing 2 buah.
o Ciri untuk calon pejantan :
1. Tubuh besar dan panjang dengan bagian belakang lebih besar dan
lebih tinggi, dada lebar, tidak terlalu gemuk, gagah, aktif dan memiliki
libido (nafsu kawin) tinggi.
2. Kaki lurus dan kuat.
3. Dari keturunan kembar.
4. Umur antara 1,5 sampai 3 tahun.

3. MAKANAN
Jenis dan cara pemberiannya disesuaikan dengan umur dan kondisi ternak. Pakan
yang diberikan harus cukup protein, karbohidrat, vitamin dan mineral, mudah dicerna,
tidak beracun dan disukai ternak, murah dan mudah diperoleh. Pada dasarnya ada
dua macam makanan, yaitu hijauan (berbagai jenis rumput) dan makan tambahan
(berasal dari kacang-kacangan, tepung ikan, bungkil kelapa, vitamin dan mineral).
Cara pemberiannya :
o Diberikan 2 kali sehari (pagi dan sore), berat rumput 10% dari berat badan
kambing, berikan juga air minum 1,5 - 2,5 liter per ekor per hari, dan garam
berjodium secukupnya.
o Untuk kambing bunting, induk menyusui, kambing perah dan pejantan yang
sering dikawinkan perlu ditambahkan makanan penguat dalam bentuk bubur
sebanyak 0,5 - 1 kg/ekor/hari.

4. TATA LAKSANA
Ukuran kandang yang biasa digunakan adalah :
Kandang beranak : 120 cm x 120 cm /ekor
Kandang induk : 100 cm x 125 cm /ekor
Kandang anak : 100 cm x 125 cm /ekor
Kandang pejantan : 110 cm x 125 cm /ekor
Kandang dara/dewasa : 100 cm x 125 cm /ekor
3. Pengelolaan reproduksi
Diusahakan agar kambing bisa beranak minimal 3 kali dalam dua tahun.
Hal-hal yang harus diperhatikan adalah :
a. Kambing mencapai dewasa kelamin pada umur 6 s/d 10 bulan, dan
sebaiknya dikawinkan pada umur 10-12 bulan atau saat bobot badan
mencapai 55 - 60 kg.
b. Lama birahi 24 - 45 jam, siklus birahi berselang selama 17 - 21 hari.
c. Tanda-tanda birahi : gelisah, nafsu makan dan minum menurun, ekor
sering dikibaskan, sering kencing, kemaluan bengkak dan mau/diam
bila
dinaiki.
d. Ratio jantan dan betina = 1 : 10
Saat yang tepat untuk mengawinkan kambing adalah :
a. Masa bunting 144 - 156 hari (.... 5 bulan).
b. Masa melahirkan, penyapihan dan istirahat ± 2 bulan.
4. Pengendalian Penyakit
. Hendaknya ditekankan pada pencegahan penyakit melalui sanitasi
kandang yang baik, makanan yang cukup gizi dan vaksinasi.
a. Penyakit yang sering menyerang kambing adalah: cacingan, kudis
(scabies), kembung perut (bloat), paru-paru (pneumonia), orf, dan
koksidiosis.

5. Pasca Panen
. Hendaknya diusahakan untuk selalu meningkatkan nilai tambah dari
produksi ternak, baik daging, susu, kulit, tanduk, maupun kotorannya.
Bila kambing hendak dijual pada saat berat badan tidak bertambah
lagi (umur sekitar 1 - 1,5 tahun), dan diusahakan agar permintaan
akan kambing cukup tinggi.
a. Harga diperkirakan berdasarkan : berat hidup x (45 sampai 50%)
karkas x harga daging eceran.


Budidaya Domba

1. SEJARAH SINGKAT

Domba yang kita kenal sekarang merupakan hasil dometikasi manusia yang sejarahnya diturunkan dari 3 jenis domba liar, yaitu Mouflon (Ovis musimon) yang berasal dari Eropa Selatan dan Asia Kecil, Argali (Ovis amon) berasal dari Asia Tenggara, Urial (Ovis vignei) yang berasal dari Asia.
2. SENTRA PETERNAKAN

Di Indonesia sentra peternakan domba berada di daerah Aceh dan Sumatra Utara. Di Aceh pada tahun 1993 tercatat sekitar 106 ribu ekor domba, sementara di Sumatera Utara sekitar 95 ribu ekor domba yang diternakan. Lahan yang digunakan untuk berternak di daerah Aceh berdasarkan data Puslit Tanah dan Agroklimat Deptan tahun 1979, seluas 5,5 juta hektar mulai dari kemampuan kelas I sampai VIII, sedangkan di Sumatera Utara luas lahan yang digunakan sekitar 7 juta hektar.
3. J E N I S

Domba seperti halnya kambing, kerbau dan sapi, tergolong dalam famili Bovidae. Kita mengenal beberapa bangsa domba yang tersebar diseluruh dunia, seperti:
1)
Domba Kampung adalah domba yang berasal dari Indonesia
2)
Domba Priangan berasal dari Indonesia dan banyak terdapat di daerah Jawa Barat.
3)
Domba Ekor Gemuk merupakan domba yang berasal dari Indonesia bagian Timur seperti Madura, Sulawesi dan Lombok.
4)
Domba Garut adalah domba hasil persilangan segi tiga antara domba kampung, merino dan domba ekor gemuk dari Afrika Selatan.

Di Indonesia, khususnya di Jawa, ada 2 bangsa domba yang terkenal, yakni domba ekor gemuk yang banyak terdapat di daerah Jawa Tengah dan Jawa Timur dan domba ekor tipis yang banyak terdapat di Jawa Barat
4. MANFAAT

Daging domba merupakan sumber protein dan lemak hewani. Walaupun belum memasyarakat, susu domba merupakan minuman yang bergizi. Manfaat lain dari berternak domba adalah bulunya dapat digunakan sebagai industri tekstil.
5. PERSYARATAN LOKASI

Lokasi untuk peternakan domba sebaiknya berada di areal yang cukup luas, udaranya segar dan keadaan sekelilingnya tenang, dekat dengan sumber pakan ternak, memiliki sumber air, jauh dari daerah pemukiman dan sumber air penduduk (minimal 10 meter), relatif dekat dari pusat pemasaran dan pakan ternak.
6. PEDOMAN TEKNIS BUDIDAYA

6.1.
Domba yang unggul adalah domba yang sehat dan tidak terserang oleh hama penyakit, berasal dari bangsa domba yang persentase kelahiran dan kesuburan tinggi, serta kecepatan tumbuh dan persentase karkas yang baik. Dengan demikian keberhasilan usaha ternak domba tidak bisa dipisahkan dengan pemilihan induk/pejantan yang memiliki sifat-sifat yang baik.Penyiapan Sarana dan Peralatan
  1. Perkandangan
    Kandang harus kuat sehingga dapat dipakai dalam waktu yang lama, ukuran sesuai dengan jumlah ternak, bersih, memperoleh sinar matahari pagi, ventilasi kandang harus cukup dan terletak lebih tinggi dari lingkungan sekitarnya agar tidak kebanjiran. Atap kandang diusahakan dari bahan yang ringan dan memiliki daya serap panas yang relatif kecil, misalnya dari atap rumbia. Kandang dibagi menjadi beberapa bagian sesuai fungsinya, yaitu:

    a.
    Kandang induk/utama, tempat domba digemukkan. Satu ekor domba membutuhkan luas kandang 1 x 1 m.
    b.
    Kandang induk dan anaknya, tempat induk yang sedang menyusui anaknya selama 3 bulan. Seekor induk domba memerlukan luas 1,5 x 1 m dan anak domba memerlukan luas 0,75 x 1 m.
    c.
    Kandang pejantan, tempat domba jantan yang akan digunakan sebagai pemacak seluas 2 x 1,5 m/pemancak.

    Di dalam kandang domba sebaiknya terdapat tempat makan, palung makanan dan minuman, gudang makanan, tempat umbaran (tempat domba saat kandang dibersihkan) dan tempat kotoran/kompos.

    Tipe dan model kandang pada hakikatnya dapat dibedakan dalam 2 tipe, yaitu:
    a.
    Tipe kandang Panggung

    Tipe kandang ini memiliki kolong yang bermanfaat sebagai penampung kotoran. Kolong digali dan dibuat lebih rendah daripada permukaan tanah sehingga kotoran dan air kencingnya tidak berceceran. Alas kandang terbuat dari kayu/bambu yang telah diawetkan, Tinggi panggung dari tanah dibuat minimal 50 cm/2 m untuk peternakan besar. Palung makanan harus dibuat rapat, agar bahan makanan yang diberikan tidak tercecer keluar.
    b.
    Tipe kandang Lemprak

    Kandang tipe ini pada umumnya digunakan untuk usaha ternak domba kereman. Kandang lemprak tidak dilengkapi dengan alas kayu, tetapi ternak beralasan kotoran dan sisa-sisa hijauan pakan. Kandang tidak dilengkapi dengan palung makanan, tetapi keranjang rumput yang diletakkan diatas alas. Pemberian pakan sengaja berlebihan, agar dapat hasil kotoran yang banyak. Kotoran akan dibongkar setelah sekitar 1-6 bulan.
6.2.
Peyiapan Bibit
Domba yang unggul adalah domba yang sehat dan tidak terserang oleh hama penyakit, berasal dari bangsa domba yang persentase kelahiran dan kesuburan tinggi, serta kecepatan tumbuh dan persentase karkas yang baik. Dengan demikian keberhasilan usaha ternak domba tidak bisa dipisahkan dengan pemilihan induk/pejantan yang memiliki sifat-sifat yang baik.

1) Pemilihan Bibit Calon Induk

a.
Calon Induk: berumur 1,5-2 tahun, tidak cacat, bentuk perut normal, telinga kecil hingga sedang, bulu halus, roman muka baik dan memiliki nafsu kawin besar dan ekor normal
b.
Calon Pejantan: berumur 1,5-2 tahun, sehat dan tidak cacat, badan normal dan keturunan dari induk yang melahirkan anak 2 ekor/lebih, tonjolan tulang pada kaki besar dan mempunyai buah zakar yang sama besar serta kelaminnya dapat bereaksi, mempunyai gerakan yang lincah, roman muka baik dan tingkat pertumbuhan relatif cepat.
2) Reproduksi dan Perkawinan

Hal yang harus di ketahui oleh para peternak dalam pengelolaan reproduksi adalah pengaturan perkawinan yang terencana dan tepat waktu.
a.
Dewasa Kelamin, yaitu saat ternak domba memasuki masa birahi yang pertama kali dan siap melaksanakan proses reproduksi. Fase ini dicapai pada saat domba berumur 6-8 bulan, baik pada yang jantan maupun yang betina.
b.
Dewasa tubuh, yaitu masa domba jantan dan betina siap untuk dikawinkan. Masa ini dicapai pada umur 10-12 bulan pada betina dan 12 bulan pada jantan. Perkawinan akan berhasil apabila domba betina dalam keadaan birahi.
3) Proses Kelahiran

Lama kebuntingan bagi domba adalah 150 hari (5 bulan). Menjelang kelahiran anak domba, kandang harus bersih dan diberi alas yang kering. Bahan untuk alas kandang dapat berupa karung goni/jerami kering. Obat yang perlu dipersiapkan adalah jodium untuk dioleskan pada bekas potongan tali pusar. Induk domba yang akan melahirkan dapat diketahui melalui perubahan fisik dan perilakunya sebagai berikut:
a. Keadaan perut menurun dan pinggul mengendur.
b. Buah susu membesar dan puting susu terisi penuh.
c. Alat kelamin membengkak, berwarna kemerah-merahan dan lembab.
d. Ternak selalu gelisah dan nafsu makan berkurang.
e. Sering kencing.
Proses kelahiran berlangsung 15-30 menit, jika 45 menit setelah ketuban pecah, anak domba belum lahir, kelahiran perlu dibantu. Anak domba yang baru lahir dibersihkan dengan menggunakan lap kering agar dapat bernafas. Biasanya induk domba akan menjilati anaknya hingga kering dan bersih.
6.3.
Pemeliharaan
1) Sanitasi dan Tindakan Preventif

Sanitasi lingkungan dapat dilakukan dengan membersihkan kandang dan peralatan dari sarang serangga dan hama. kandang terutama tempat pakan dan tempat minum dicuci dan dikeringkan setiap hari. Perlu dilakukan pembersihan rumput liar di sekitar kandang. Kandang ternak dibersihkan seminggu sekali.
2) Pengontrolan Penyakit

Domba yang terserang penyakit dapat segera diobati dan dipisahkan dari yang sehat. Lakukan pencegahan dengan menyuntikan vaksinasi pada domba-domba yang sehat.
3) Perawatan Ternak

Induk bunting diberi makanan yang baik dan teratur, ruang gerak yang lapang dan dipisahkan dari domba lainnya. induk yang baru melahirkan diberi minum dan makanan hijauan yang telah dicampurkan dengan makanan penguat lainnya. Selain itu, induk domba harus dimandikan. Anak domba (Cempe) yang baru dilahirkan, dibersihkan dan diberi makanan yang terseleksi. Cempe yang disapih perlu diperhatikan. pakan yang berkualitas dalam bentuk bubur tidak lebih dari 0,20 kg satu kali sehari. Perawatan ternak dewasa meliputi:

a.
Memandikan ternak secara rutin minimal seminggu sekali. dengan cara disikat dan disabuni. pada pagi hari, kemudian dijemur dibawah sinar matahari pagi.
b.
Mencukur Bulu
Pencukuran bulu domba dengan gunting biasa/cukur ini. dilakukan minimal 6 bulan sekali dan disisakan guntingan bulu setebal kira-kira 0,5 cm. Sebelumnya domba dimandikan sehingga bulu yang dihasilkan dapat dijadikan bahan tekstil. Keempat kaki domba diikat agar tidak lari pada saat dicukur. Pencukuran dimulai dari bagian perut kedepan dan searah dengan punggung domba
c.
Merawat dan Memotong Kuku

Pemotongan kuku domba dipotong 4 bulan sekali dengan golok, pahat kayu, pisau rantan, pisau kuku atau gunting.
4) Pemberian Pakan

Zat gizi makanan yang diperlukan oleh ternak domba dan mutlak harus tersedia dalam jumlah yang cukup adalah karbohidrat, lemak, protein, vitamin, mineral dan air. Bahan pakan untuk domba pada umumnya digolongkan dalam 4 golongan sebagai berikut:
a.
Golongan Rumput-rumputan, seperti rumput gajah, benggala, brachiaria, raja, meksiko dan rumput alam.
b.
Golongan Kacang-kacangan, seperti daun lamtoro, turi, gamal daun kacang tanah, daun kacang-kacangan, albisia, kaliandra, gliricidia dan siratro.
c.
Hasil Limbah Pertanian, seperti daun nangka, daun waru, daun dadap, daun kembang sepatu, daun pisang, daun jagung, daun ketela pohon, daun ketela rambat dan daun beringin.
d.
Golongan Makanan Penguat (Konsentrat), seperti dedak, jagung karing, garam dapur, bungkil kelapa, tepung ikan, bungkil kedelai, ampas tahu, ampas kecap dan biji kapas.

Pakan untuk domba berupa campuran dari keempat golongan di atas yang disesuaikan dengan tingkatan umur. Adapun proporsi dari campuran tersebut adalah:

a. Ternak dewasa: rumput 75%, daun 25%
b. Induk bunting: rumput 60%, daun 40%, konsentrat 2-3 gelas
c. Induk menyusui: rumput 50%, daun 50% dan konsentrat2-3 gelas
d. Anak sebelum disapih: rumput 50%, daun 50%
e. Anak lepas sapih: rumput 60%, daun 40% dan konsentrat 0,5–1 gelas

Sedangkan dosis pemberian ransum untuk pertumbuhan domba adalah sebagai berikut:

a. Bobot badan 1,4 kg: rumput/hijauan=180 kg/hari, pertambahan bobot=50 gr/hari
b. Bobot badan 1,4 kg: rumput/hijauan=340 kg/hari, pertambahan bobot=100 gr/hari
c. Bobot badan 1,4 kg: rumput/hijauan=410 kg/hari, pertambahan bobot=150 gr/hari
d. Bobot badan 2,9 kg: rumput/hijauan=110 kg/hari, pertambahan bobot=50 gr/hari
e. Bobot badan 2,9 kg: rumput/hijauan=280 kg/hari, pertambahan bobot=100 gr/hari
f. Bobot badan 2,9 kg: rumput/hijauan=440 kg/hari, pertambahan bobot=150 gr/hari
g. Bobot badan 4,3 kg: konsentrat=160 gr/hari, pertambahan bobot=50 gr/hari
h. Bobot badan 4,3 kg: konsentrat=320 gr/hari, pertambahan bobot=100 gr/hari
i. Bobot badan 4,3 kg: konsentrat=470 gr/hari, pertambahan bobot=150 gr/hari
j. Bobot badan 5,8 kg: konsentrat=100 gr/hari, pertambahan bobot=50 gram/hari
k. Bobot badan 5,8 kg: konsentrat=260 gr/hari, pertambahan bobot=100 gr/hari
l. Bobot badan 5,8 kg: konsentrat=410 gr/hari, pertambahan bobot=150 gr/hari
m. Bobot badan 7,2 kg: konsentrat=60 gr/hari, pertambahan bobot=50 gr/hari
n. Bobot badan 7,2 kg: konsentrat=180 gr/hari, pertambahan bobot=100 gr/hari
o. Bobot badan 7,2 kg: konsentrat=340 gr/hari, pertambahan bobot=150 gr/hari
p. Bobot badan 8,7 kg: konsentrat=50 gr/hari, pertambahan bobot=50 gr/hari
q. Bobot badan 8,7 kg: konsentrat=110 gr/hari, pertambahan bobot=100 gr/hari
r. Bobot badan 8,7 kg: konsentrat=260 gr/hari, pertambahan bobot=150 gr/hari
s. Bobot badan 10,1 kg: konsentrat=40 gr/hari, pertambahan bobot=50 gr/hari
t. Bobot badan 10,1 kg: konsentrat=280 gr/hari, pertambahan bobot=100 gr/hari
u. Bobot badan 10,1 kg: konsentrat=440 gr/hari, pertambahan bobot=150 gr/hari
5) Pemberian Vaksinasi dan Obat

Pemberian vaksinasi dapat dilakukan setiap enam bulan sekali vaksinasi dapat dilakukan dengan menyuntikan obat kedalam tubuh domba. Vaksinasi mulai dilakukan pada anak domba (cempe) bila telah berusia 1 bulan, selanjutnya diulangi pada usia 2-3 bulan. Vaksinasi yang biasa diberikan adalah jenis vaksin Spora (Max Sterne), Serum anti anthrax, vaksin AE, dan Vaksin SE (Septichaemia Epizootica).
6) Pemeliharaan Kandang

Pemeliharaan kandang meliputi pembersihan kotoran domba menimal satu minggu sekali, membuang kotoran ke tempat penampungan limbah, membersihkan lantai atau alas, penyemprotan dan pengapuran kandang untuk disinfektan.
7. HAMA DAN PENYAKIT

1)
Penyakit Mencret

Penyebab: bakteri Escherichia coli yang menyerang anak domba berusia 3 bulan.
Pengobatan:
antibiotika dan sulfa yang diberikan lewat mulut.
2)
Penyakit Radang Pusar

Penyebab: alat pemotongan pusar yang tidak steril atau tali pusar tercemar oleh bakteri Streptococcus, Staphyloccus, Escherichia coli dan Actinomyces necrophorus. Usia domba yang terserang biasanya cempe usia 2-7 hari.
Gejala : terjadi pembengkakan di sekitar pusar dan apabila disentuh domba akan kesakitan.
Pengobatan: dengan antibiotika, sulfa dan pusar dikompres dengan larutan rivanol (Desinfektan)
3)
Penyakit Cacar Mulut

Penyakit ini menyerang domba usia sampai 3 bulan.
Gejala :
cempe yang terserang tidak dapat mengisap susu induknya karena tenggorokannya terasa sakit sehingga dapat mengakibatkan kematian.
Pengendalian : dengan sulfa seperti Sulfapyridine, Sulfamerozine, atau pinicillin.
4)
Penyakit Titani

Penyebab: kekurangan Defisiensi Kalsium (Ca) dan Mangan (Mn). Domba yang diserang biasanya berusia 3-4 bulan.
Gejala : domba selalu gelisah, timbul kejang pada beberapa ototnya bahkan sampai keseluruh badan Penyakit ini dapat diobati dengan menyuntikan larutan Genconos calcicus dan Magnesium.
5)
Penyakit Radang Limoah

Penyakit ini menyerang domba pada semua usia, sangat berbahaya, penularannya cepat dan dapat menular ke manusia
Penyebab: bakteri Bacillus anthracis.
Gejala :
suhu tubuh meninggi, dari lubang hidung dan dubur keluar cairan yang bercampur dengan darah, nadi berjalan cepat, tubuh gemetar dan nafsu makan hilang.
Pengendalian :
dengan menyuntikan antibiotika Pracain penncillin G, dengan dosis 6.000-10.000 untuk /kg berat tubuh domba tertular.
6)
Penyakit Mulut dan Kuku

Penyakit menular ini dapat menyebabkan kematian pada ternak domba, dan yang diserang adalah pada bagian mulut dan kuku.
Penyebab:
virus dan menyerang semua usia pada domba
Gejala :
mulut melepuh diselaputi lendir.
Pengendalian :
membersihkan bagian yang melepuh pada mulut dengan menggunakan larutan Aluminium Sulfat 5%, sedangkan pada kuku dilakukan dengan merendam kuku dalam larutan formalin atau Natrium karbonat 4%.
7)
Penyakit Ngorok

Penyebab: bakteri Pasteurella multocida.
Gejala : nafsu makan domba berkurang, dapat menimbulkan bengkak pada bagian leher dan dada. Semua usia domba dapat terserang penyakit ini, domba yang terserang terlihat lidahnya bengkak dan menjulur keluar, mulut menganga, keluar lendir berbuih dan sulit tidur.
Pengendalian : menggunakan antibiotika lewat air minum atau suntikan.
8)
Penyakit Perut Kembung

Penyebab: pemberian makanan yang tidak teratur atau makan rumput yang masih diselimuti embun.
Gejala :
lambung domba membesar dan dapat menyebabkan kematian. Untuk itu diusahakan pemberian makan yang teratur jadwal dan jumlahnya jangan digembalakan terlalu pagi
Pengendalian : memberikan gula yang diseduh dengan asam, selanjutnya kaki domba bagian depan diangkat keatas sampai gas keluar.
9)
Penyakit Parasit Cacing

Semua usia domba dapat terserang penyakit ini.
Penyebab:
cacing Fasciola gigantica (Cacing hati), cacing Neoascaris vitulorum (Cacing gelang), cacing Haemonchus contortus (Cacing lambung), cacing Thelazia rhodesii (Cacing mata).
Pengendalian :
diberikan Zanil atau Valbazen yang diberikan lewat
minuman, dapat juga diberi obat cacing seperti Piperazin dengan dosis 220
mg/kg berat tubuh domba.
10)
Penyakit Kudis

Merupakan penyakit menular yang menyerang kulit domba pada semua usia. Akibat dari penyakit ini produksi domba merosot, kulit menjadi jelek dan mengurangi nilai jual ternak domba.
Penyebab: parasit berupa kutu yang bernama Psoroptes ovis, Psoroptes ciniculi dan Chorioptes bovis. Gejala : tubuh domba lemah, kurus, nafsu makan menurun dan senang menggaruk tubuhnya. Kudis dapat menyerang muka, telinga, perut punggung, kaki dan pangkal ekor.
Pengendalian : dengan mengoleskan Benzoas bensilikus 10% pada luka, menyemprot domba dengan Coumaphos 0,05-0,1%.
11)
Penyakit Dermatitis

Adalah penyakit kulit menular pada ternak domba, menyerang kulit bibit domba.
Penyebab: virus dari sub-group Pox virus dan menyerang semua usia domba.
Gejala : terjadi peradangan kulit di sekitar mulut, kelopak mata, dan alat genital. Pada induk yang menyusui terlihat radang kelenjar susu.
Pengendalian : menggunakan salep atau Jodium tinctur pada luka.
12)
Penyakit Kelenjar Susu

Penyakit ini sering terjadi pada domba dewasa yang menyusui, sehingga air susu yang diisap cempe tercemar.
Penyebab: ambing domba induk yang menyusui tidak secara ruti dibersihkan.
Gejala : ambing domba bengkak, bila diraba tersa panas, terjadi demam dan suhu tubuh tinggi, nafsu makan kurang, produsi air susu induk berkurang.
Pengendalian : pemberian obatobatan antibiotika melalui air minum.

Secara umum pengendalian dan pencegahan penyakit yang terjadi pada domba dapat dilakukan dengan:

a)
Menjaga kebersihan kandang, dan mengganti alas kandang.
b)
Mengontrol anak domba (cempe) sesering mungkin.
c)
Memberikan nutrisi dan makanan penguat yang mengandung mineral, kalsium dan mangannya.
d)
Memberikan makanan sesuai jadwal dan jumlahnya, Hijauan pakan yang baru dipotong sebaiknya dilayukan lebih dahulu sebelum diberikan.
e)
Menghindari pemberian makanan kasar atau hijauan pakan yang terkontaminasi siput dan sebelum dibrikan sebainya dicuci dulu.
f)
Sanitasi yang baik, sering memandikan domba dan mencukur bulu.
g)
Tatalaksana kandang diatur dengan baik.
h)
Melakukan vaksinasi dan pengobatan pada domba yang sakit.
8. P A N E N

8.1.
Hasil Utama
Hasil utama dari budidaya domba adalah karkas (daging)
8.2. Hasil Tambahan
Hasil tambahan dari budidaya domba adalah bulunya (wool) yang dapat di jadikan sebagai bahan tekstil.
8.3.
Pembersihan
Sebelum dipotong ternak dibersihkan dengan cara mencuci kaki domba dan menyemprotkan air diatas kepala ternak agar karkas yang dihasilkan tidak tercemar oleh bakteri dan kotoran.
9. PASCA PANEN

9.1.
Stoving
Ada beberapa prinsip teknis yang harus diperhatikan dalam pemotongan domba agar diperoleh hasil pemotongan yang baik, yaitu:

1)
Ternak domba harus diistirahatkan sebelum pemotongan
2)
Ternak domba harus bersih, bebas dari tanah dan kotoran lain yang dapat mencemari daging.
3)
Pemotongan ternak harus dilakukan secepat mungkin, dan rasa sakit yang diderita ternak diusahakan sekecil mungkin dan darah harus keluar secara tuntas.
4)
Semua proses yang digunakan harus dirancang untuk mengurangi jumlah dan jenis mikroorganisme pencemar seminimal mungkin.
9.2.
Pengulitan
Pengulitan pada domba yang telah disembelih dapat dilakukan dengan menggunakan pisau tumpul atau kikir agar kulit tidak rusak. Kulit domba dibersihkan dari daging, lemak, noda darah atau kotoran yang menempel. Jika sudah bersih, dengan alat perentang yang dibuat dari kayu, kulit domba dijemur dalam keadaan terbentang. Posisi yang paling baik untuk penjemuran dengan sinar matahari adalah dalam posisi sudut 45 derajat.
9.3.
Pengeluaran Jeroan
Setelah domba dikuliti, isi perut (visceral) atau yang sering disebut dengan jeroan dikeluarkan dengan cara menyayat karkas (daging) pada bagian perut domba.
9.4.
Pemotongan Karkas
Karkas dibelah menjadi dua bagian yaitu karkas tubuh bagian kiri dan karkas tubuh bagian kanan. Karkas dipotong-potong menjadi sub-bagian leher, paha depan, paha belakang, rusuk dan punggung. Potongan tersebut dipisahkan menjadi komponen daging, lemak, tulang dan tendon. Pemotongan karkas harus mendapat penanganan yang baik supaya tidak cepat menjadi rusak, terutama kualitas dan hygienitasnya. Sebab kondisi karkas dipengaruhi oleh peran mikroorganisme selama proses pemotongan dan pengeluaran jeroan.