Pemupukan harus dikelola dengan baik sehingga dapat menjamin tercapainya tujuan pemupukan, mengingat biaya pemupukan merupakan salah satu komponen biaya produksi yang besar. Menurut Suwandi, et.al., 1987, bahwa biaya pemupukan sekitar 40 – 60% dari biaya perawatan atau sekitar 20% dari total biaya produksi. Pada Perkebunan Sinar Mas, biaya pemupukan adalah sebesar US $ 38.74 / ton produk kelapa sawit atau sekitar 21% dari total biaya (Tan, 1998). Oleh karena itu sangat penting selalu diupayakan meningkatkan efektifitas dan efisiensi pemupukan.
Efektifitas pemupukan berhubungan dengan tingkat/persentase hara pupuk yang diserap tanaman. Pemupukan dikatakan efektif jika sebagian besar hara pupuk diserap tanaman. Sedangkan efisiensi pemupukan berkaitan dengan hubungan antara biaya (bahan pupuk, alat kerja, dan upah) dengan tingkat produksi yang dihasilkan. Efisiensi pemupukan terkait dengan tindakan rekomendasi pemupukan dan manajemen operasional. Jadi peningkatan efektifitas dan efisiensi pemupukan dapat dicapai melalui perbaikan manajemen operasional dan rekomendasi pemupukan.
Disamping itu, pemupukan sangat penting bagi pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Tanaman menyerap unsur hara dari tanah dan udara. Hara yang diserap dari tanah berasal dari tanah itu sendiri dan dari pupuk yang diaplikasikan. Beberapa hal yang menjadi alasan dilakukan pemupukan adalah: (1) Tanah tidak mampu menyediakan unsur hara yang cukup bagi tanaman, (2) Tanaman kelapa sawit memerlukan hara yang besar untuk tumbuh dan produksi tinggi, (3) Penggunaan varietas unggul yang membutuhkan hara lebih besar, (4) Unsur hara yang terangkut berupa produksi tidak seluruhnya dikembalikan ke tanah. Karena itu pemupukan mempunyai tujuan agar tanaman mampu tumbuh normal dan produksi sesuai dengan potensinya, serta untuk mempertahankan atau meningkatkan kesuburan tanah.
Tingginya hara yang terangkut oleh tanaman kelapa sawit, dapat dilihat pada tabel di bawah ini. Unsur hara yang paling banyak dibutuhkan adalah K, lalu berturut-turut N, Mg, P.
Unsur Hara Dalam Tanaman Kelapa Sawit (Ng and Tamboo, 1967 dalam von Uexkull and Fairhurst, 1991)
Uraian | Kg/Pkk/Th | ||||||
N | P | P2O5 | K | K2O | Mg | MgO | |
- Diangkut saat panen | 0.49 | 0.08 | 0.18 | 0.63 | 0.76 | 0.14 | 0.23 |
- Immobil dalam jaringan | 0.27 | 0.022 | 0.05 | 0.47 | 0.57 | 0.07 | 0.12 |
- Dikembalikan ke tanah | 0.53 | 0.076 | 0.17 | 0.69 | 0.83 | 0.19 | 0.32 |
Total Hara | 1.29 | 0.178 | 0.40 | 1.79 | 2.16 | 0.40 | 0.67 |
Persen Hara diangkut per Total | 38 | 45 | 45 | 35 | 35 | 35 | 35 |
Total Hara/ Ha (148 pkk/Ha) | 191 | 26 | 59 | 265 | 320 | 59 | 99 |
Hara per Ton TBS | 8.0 | 1.1 | 2.5 | 11.0 | 13.3 | 2.5 | 4.1 |
Total (Diangkut + Immobil) | 0.76 | 0.102 | 0.23 | 1.10 | 1.33 | 0.21 | 0.35 |
Equivalent Pupuk | 1.65 Urea | 0.5 TSP | 2.22 MOP | 1.3 KIES. |
Jumlah pupuk yang diaplikasikan ke tanah, paling tidak bisa menggantikan jumlah hara yang diangkut dan tidak kembali ke dalam tanah. Kondisi ini minimal dapat mencegah terjadinya penurunan kesuburan tanah, dengan catatan tidak terjadi kehilangan hara dari tanah akibat pencucian, erosi, penguapan dsb. Dan sebaliknya jika ingin meningkatkan kesuburan tanah maka jumlah pupuk yang diaplikasi harus lebih besar dari yang diangkut saat panen.
Banyak hasil penelitian yang telah dipublikasikan bahwa aplikasi pupuk akan meningkatkan produksi secara nyata. Hasil penelitian SMARTRI, diantaranya adalah di libo (LBE-14), memberikan gambaran bahwa peningkatan dosis aplikasi TSP dari 70 menjadi 347 gr/Pkk pada tanaman berumur 1 dan 2 tahun dapat meningkatkan rerata jumlah pelepah dari 48.4 menjadi 54.6. Pada saat produksi, dosis pupuk setara dengan 1.5 kg TSP/pkk/th memberikan produksi terbaik. Peningkatan produksi mencapai 2 kali lipat (100%) dibandingkan pada tanaman tanpa pupuk P.
II. PENGELOLAAN PEMUPUKAN
Pengelolaan pemupukan dimulai sejak pupuk diterima di gudang sampai dengan diaplikasikan di lapangan, yaitu secara garis besar berurutan sbb: Gudang – Penyimpanan – Pengeluaran dari Gudang – Pengangkutan – Pengeceran di lapangan – Aplikasi di lapangan. Agar dilakukan pengawasan dengan tujuan untuk meningkatkan efektifitas pemupukan. Kehilangan pupuk (hara pupuk) dapat terjadi pada setiap tahap kegiatan tsb di atas, baik saat di gudang, pengangkutan, pengeceran, dan saat aplikasi pupuk.
2.1. Gudang
Di Gudang terjadi 3 kegiatan adalah penerimaan, penyimpanan, dan pengeluaran pupuk. Pada saat penerimaan dilakukan pengecekan tentang jenis, jumlah, dan kondisi pupuk. Pengambilan sample pupuk dilakukan sesuai dengan SOP dan selanjutnya dikirim ke laboratorium SMARTRI-Libo atau Regional Laboratorium yang telah beroperasi di beberapa PKS untuk menentukan kadar hara pupuk. Yang sangat penting, pada saat pengambilan sample juga dilakukan pengamatan fisik pupuk apakah sesuai dengan spesifikasi pupuk, kondisi kemasan dsb.
Penyimpanan di gudang dipastikan bahwa pupuk tidak terkena air (bocor) dan tidak terekspos sinar matahari langsung (panas). Penempatannya juga diatur sehingga pada saat pengeluaran pupuk dapat dilakukan secara first in first out (FIFO) setiap jenis pupuk. Hal ini akan menjamin bahwa penerapan aplikasi pemupukan berimbang dapat dilaksanakan dengan baik.
Beberapa permasalahan yang masih dijumpai di lapangan adalah:
- Kapasitas gudang kurang. Sebagian pupuk disimpan di luar gudang diberi penutup lembar plastik.
- Penempatan pupuk yang kurang tepat sehingga tidak mendukung pelaksanaan FIFO dan pemupukan berimbang. Seluruh jenis pupuk ditempatkan pada batch yang sama dengan cara penumpukan. Jenis pupuk yang datang pertama akan berada pada posisi terbawah, dst. Akibatnya pergantian jenia pupuk dapat dilakukan setelah habis satu jenis, tidak bisa secara bersamaan beberama jenis pupuk.
- Pengambilan sample pupuk masih kurang sesuai dengan SOP.
- Hasil analisa Laboratorium yang terlalu lama.
Pengangkutan dipastikan pupuk aman sampai di blok, tidak terjadi kebocoran di jalan. Pengeceran dilakukan sesuai dengan jumlah pohon setiap baris, serta dosis. Peta titik tanam sangat vital dalam melakukan pengeceran pupuk yang tepat. Pengeceran yang tepat akan sangat menentukan kemudahan pelaksanaan aplikasi dan ketepatan dosis. Pada lokasi tertentu yang masih rawan, diberikan tenaga pengawas khusus terhadap pupuk yang telah diecer di lapangan, karena sangat rawan pencurian. Bahkan jika dipandang perlu, pengangkutan pupuk dari gudang ke Blok diberi tenaga pengawal. Yang sangat direkomendasikan adalah sistim pengeceran dengan until. Pupuk sudah dibut per until di gudang, selanjutnya dilapangan dilakungan pengeceran di CR. Beberapa kebun juga masih menggunakan pengeceran langsung sak pupuk di lapangan.
2.3. Aplikasi Pupuk
Aplikasi pupuk berpengaruh sangat besar dalam menentukan efektifitas pemupukan. Istilah umum adalah 4 tepat, yaitu: Tepat Waktu, Dosis, Jenis, Cara, dan biasanya masih ditambahkan satu tepat lagi, yaitu Tepat pelaporan (data). Sehingga disebut 4 tepat, 5 sempurna.
- Waktu
Waktu pemupukan akan sangat menentukan besarnya prosentase hara pupuk yang dapat diserap tanaman dan juga tingkat kehilangan hara pupuk. Pada dasarnya, pemupukan ideal dilakukan pada saat kondisi tanah lembab atau kadar air pada saat kapasitas lapang, yaitu saat awal dan akhir musim hujan.
Pemupukan kelapa sawit biasanya dilakukan 2 kali per tahun yaitu semester-1 dan semester-2. Frekuensi pemupukan tergantung jenis pupuk dan sifat lahan (tanah & iklim). Misalnya pada tanah pasir umumnya dilakukan pemupukan 3 kali per tahun, sedangkan pada tanah lempung/liat 2 kali per tahun. Pupuk P, umumnya dilakukan pemupukan cukup 1 x per tahun. Waktu aplikasi juga harus memperhatikan jenis pupuk, misalnya antara pupuk ammonium (N) dengan pupuk alkalis; antara pupuk K dan Mg. Selain itu, juga selang waktu antara aplikasi pertama dan kedua untuk jenis pupuk yang sama, serta selang waktu antara jenis pupuk yang berbeda.
Faktor yang sangat penting adalah yang berkaitan dengan kondisi kelembaban tanah saat aplikasi pupuk. Hal ini akan sangat menentikan tingkat penyerapan hara pupuk oleh tanaman dan kemungkinan kehilangan hara pupuk akibat penguapan, pencucian dsb. Stategi berikut diberikan sebagai pedoman pemupukan saat musim kering dan musim hujan.
- A. Pemupukan saat musim kering
- Pemupukan dihentikan jika 7 hari berturut-turut tidak terjadi hujan.
- Pemupukan dapat dilanjutkan segera apabila terdapat minimal 2 hari hujan dengan curah hujan 25 mm atau 1 hari hujan dengan dengan curah hujan 50 mm dalam kurun waktu 7 hari berturut-turut.
- Pemupukan dihentikan kembali apabila: untuk Urea, segera bila tidak ada hujan dalam 3 hari berturut-turut; untuk pupuk MOP, Kieserite, pupuk mikro segera setelah 7 hari berturut-turut tidah hujan. (catatan: Pupuk RP, Super Fosfat, dan Dolomite dapat diaplikasi karena tidak terjadi penguapan).
- B. Pemupukan saat musim hujan
- Pemupukan dilakukan pada saat curah hujan < 60 mm per minggu.
- Pemupukan dihentikan pada saat curah hujan > 60 mm per minggu.
Kecuali pada kondisi khusus di bawah ini, maka menggunakan pedoman berikut:
- Pada tanah sangat berpasir, pemupukan diprogramkan pada bulan dengan curah hujan < 200 mm/bulan. Pemupukan dilakukan apabila curah hujan < 40-45 mm per minggu dan pemupukan dihentikan apabila curah hujan > 40-45 mm per minggu.
- Pada areal dengan curah hujan tinggi seperti Papua, Muara Tawas/Kandis, pemupukan dilakukan pada periode curah hujan terendah.
Berdasarkan data curah hujan selama puluhan tahun terakhir dan berpedoman pada startegi d atas, maka tabel di bawah ini memberikan perkiraan periode program aplikasi pemupukan setiap wilayah. Namun demikian, aplikasi pupuk aktual harus memperhatikan curah hujan di setiap kebun. Diprogramkan aplikasi seluruh pupuk setiap semester dapat diselesaikan dalam waktu 2 bulan.
Timing recommended for manual fertiliser applications
Region | Semester 1 |
Semester 2 |
||
Delivery |
Application |
Delivery |
Application |
|
Sumut | Feb | Mar – Apr | Jul | Aug – Sept |
Riau | Feb | Mar – Apr | mid-Jul | mid Aug – mid Oct |
Jambi (*) | Mar | Apr – May | Aug | Sep – Oct |
South Sumatra (*) | Mar | Apr – May | Aug | Sep – Oct |
(Palembang) | ||||
Bangka | Jan | Feb – Mar | Jul | Aug – Sept |
Belitung | Jan | Feb – Mar | Jul | Aug – Sept |
Lampung (*) | mid Feb | mid Mar-mid May | Sept | Oct – Nov |
South Kalimantan | Mar | Apr – May | Sept | Oct – Nov |
Central Kalimantan | Dec | Jan – Feb | Jun | Jul – Aug |
West Kalimantan | Jan | Feb – Mar | Jul | Aug – Sept |
East Kalimantan | Jan | Feb – Mar | Jul | Aug – Sept |
Irian Jaya | Dec | Jan – Feb | Jun | Jul – Aug |
- Dosis
Dosis atau kuantitas aplikasi pupuk harus mempertimbangkan kapasitas tanah menjerap hara. Jika jumlahnya melebihi kapasitas tanah, maka mendorong terjadinya kehilangan hara pupuk. Oleh karena itu pada tanah pasir, dosis aplikasi cenderung lebih kecil tetapi frekuensi lebih tinggi. Peningkatan frekuensi akan menurunkan resiko kehilangan hara pupuk.
- Jenis
- Cara
Hal ini terkait dengan keseragaman (homogenitas) penyebaran pupuk. Pupuk Urea, MOP dan Kies, disebar merata dalam piringan sampai batas luar, sedangkan pupuk P (RP, TSP dsb) ditabur di gawangan mati di atas pelepah untuk tanaman remaja/tua. Tindakan penyebaran pupuk ini adalah dengan tujuan menurunkan konsentrasi hara per m2. Tingginya konsentrasi hara akan berpotensi meningkatkan kehilangan hara pupuk melalui pencucian (leaching) atau aliran permukaan (run-off). Hal ini berhubungan dengan tingkat kapasitas tanah menjerap unsure hara. Sampai dengan saat ini, aplikasi mekanis (pesawat, fertilizer spreader) menunjukkan hasil yang baik, dari produksi dan kadar hara daun.
III. KEHILANGAN HARA PUPUK
Kehilangan hara pupuk dapat melalui beberapa cara yaitu: penguapan (volatilisasi), pencucian (leaching), aliran permukaan (run off), erosi. Jumlah dan proporsi kehilangan hara sangat dipengaruhi oleh sifa-sifat unsur hara itu sendiri, apakah banyak hilang karena penguapan, pencucian dsb.
- Penguapan
- Kelembaban tanah: Aplikasi pupuk N pada saat tanah lembab, bukan saat tanah kering atau basah melebihi kapasitas lapang (jenuh air).
- Pola curah hujan: Pada saat bulan kering dan curah hujan tinggi maka kehilangan N akan meningkat.
- Jenis pupuk: Meskipun harganya paling murah sebagai sumber N, tetapi pupuk Urea terjadi penguapan yang sangat tinggi apalagi jika tidak segera tercampur dengan tanah setelah aplikasi.
- Dosis pupuk: Semakin tinggi dosis maka resiko kehilangan hara akan semakin besar (absolut).
- Pencucian
- Jenis hara: Paling banyak adalah unsur N, dan juga K & Mg
- Tekstur: Tanah pasir dengan sifat sangat rendah daya memegang air dan hara akan terjadi pencucian yang tinggi.
- Pola curah hujan: Semakin tinggi curah hujan maka potensi terjadi pencucian juga akan meningkat.
- Dosis pupuk: Mengingat kapasitas tanah menjerap hara terbatas, maka dosis pupuk tinggi akan berpotensi meningkatkan terjadinya pencucian.
- Aliran Permukaan
- Erosi
Fenomena kehilangan hara akibat erosi hampir sama dengan akibat aliran permukaan. Perbedaannya adalah pada aliran permukaan, kehilangan hara dalam bentuk terlarut dalam air. Sedangkan yang terjadi akibat erosi adalah kehilangan hara dalam bentuk yang terkandung dalam material tanah. Jadi besar hara hilang sama dengan material tanah yang tererosi. Erosi terjadi pada lapisan atas tanah yang subur.
IV. PENYERAPAN UNSUR HARA
4.1. Unsur Hara
Terdapat 17 unsur hara esensial yang dibutuhkan tanaman. Berdasarkan tingkat kebutuhannya dibagi menjadi unsur makro dan mikro. Unsur makro: C, H, O, N, P, K, Ca, Mg, S ; Unsur Mikro: Fe, Mn, B, Zn, Cu, Mo, Cl, Co. Tidak semua unsur tsb dibutuhkan oleh semua tanaman, tergantung dari jenisnya. Unsur makro berarti dibutuhkan tanaman dalam jumlah banyak, sedang unsur mikro dibutuhkan dalam jumlah sangat sedikit. Proporsi banyak sedikitnya unsur hara yang diserap tanaman tergantung jenis tanaman. Unsur C dan O diserap tanaman dari udara sebagai CO2 melalui proses fotosintesis sedangkan H diambil dari air tanah (H2O). Unsur lainnya diserap melalui tanah.
Unsur hara dari pupuk yang umumnya dibutuhkan kelapa sawit adalah N, P, K, Mg, Ca, B, Cu, Zn, Fe. Berdasarkan tingkat kebutuhan tanaman kelapa sawit, unsur hara yang tergolong unsur makro adalah N, P, K, Mg, sedangkan unsur mikro adalah: B, Cu, Zn, Fe.
Berdasarkan mobilitas unsur hara dalam tanaman dibagi menjadi 2, yaitu unsur mobil dan imobil. Unsur mobil adalah unsur hara yang dapat ditranslokasikan dari jaringan tua ke jaringan muda pada saat jaringan muda tsb terjadi kekurangan hara (defisiensi). Sebaliknya unsur imobil adalah unsur hara yang tidak dapat ditranslokasikan. Imobilitas unsur hara pada tanaman dicirikan dengan munculnya gejala defisiensi dimana defisiensi unsur mobil selalu dimulai dari daun tua (bawah), sedangkan imobil pada daun muda. Unsur mobil: N, K, Mg; unsur imobil: unsure mikro B, Zn, Cu, Fe. Bentuk unsur hara yang diserap tanaman disajikan pada table di bawah ini.
Unsur Hara | Bentuk Diserap Tanaman |
Nitrogen | NH4+, NO2-, NO3- |
Fosfor | HPO4-2, H2PO4- |
Kalium | K+ |
Magnesium | Mg+2 |
Kalsium | Ca+2 |
Boron | BO3-3 |
Tembaga | Cu+, Cu+2 |
Seng | Zn+2 |
Besi | Fe+2, Fe+3 |
Belerang | SO3-2, SO4-2 |
Klor | Cl- |
Mangan | Mn+2, Mn+4 |
Molibdenum | MoO4-2 |
4.2. Absorpsi Unsur Hara
Unsur hara dalam tanah dapat diserap (absorpsi) oleh tanaman, syaratnya adalah unsur hara tsb harus terdapat pada permukaan akar. Penyerapan unsur hara melalui 3 cara, yaitu: (1) intersepsi akar, (2) aliran masa (mass flow), dan (3) difusi.
- Intersepsi Akar
- Aliran Masa
- Difusi
V. JENIS, SIFAT, dan CIRI PUPUK
Pupuk adalah bahan yang mengandung unsur hara yang diberikan kepada tanaman karena dibutuhkan oleh tanaman. Dalam arti yang lebih sempit, pupuk adalah bahan organik dan anorganik yang ditambahkan ke dalam tanah atau disemprotkan pada tanaman untuk menambah unsur hara tanaman dan meningkatkan produksi. Jenis dan sifat-sifat pupuk yang umum digunakan di perkebunan kelapa sawit disajikan pada lampiran.
Jenis pupuk yang diaplikasikan di perkebunan sinar mas adalah pupuk anorganik (TSP, RP, MOP dsb) dan pupuk organic (JJK, LA, Kompos) yang merupakan limbah PKS (by product).
Penggolongan pupuk dapat didasarkan pada beberapa hal:
- Kebutuhan tanaman: pupuk makro dan pupuk mikro.
Pupuk makro adalah pupuk yang mengandung unsur hara yang dibutuhkan tanaman dalam jumlah banyak, yaitu Nitogen (N), Fosfor (P), Kalium (K), dan Magnesium (Mg). Sedangkan pupuk mikro adalah pupuk yang mengandung unsur hara yang dibutuhkan tanaman dalam jumlah sedikit, yaitu Boron (B), Copper (Cu), Zinc (Zn), dan Ferrum (Fe).- Kandungan unsur hara: pupuk tunggal dan pupuk majemuk.
Pupuk tunggal adalah pupuk yang hanya mengandung satu jenis unsur hara makro. Sedangkan pupuk majemuk adalah pupuk yang mengandung lebih dari satu macam unsur hara makro.
- Jenis unsur hara: pupuk nitrogen, pupuk fosfat, pupuk kalium, pupuk magnesium, pupuk NPK, dll. Pupuk nitogen adalah pupuk yang mengandung unsur nitrogen.
- Sumbernya: pupuk alam dan pupuk buatan. Pupuk alam adalah pupuk yang diambil langsung dari alam sebagai bahan tambang tanpa adanya pemrosesan kimiawi. Sedangkan pupuk buatan adalah pupuk yang dihasilkan dari proses secara buatan baik khemis maupun fisik.
- Reaksi di dalam tanah: pupuk bersifat masam, pupuk bersifat basa, dan pupuk bersifat netral. Ini didasarkan pada pengaruh pupuk terhadap sifat kemasaman tanah.
- Senyawa kimia: pupuk organik dan pupuk anorganik
- Bentuk: pupuk padat, pupuk cair, dan pupuk gas
VI. REKOMENDASI PEMUPUKAN
Faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan produksi kelapa sawit adalah iklim dan unsur hara. Faktor iklim yang terdiri dari curah hujan, temperatur, kelembaban, radiasi, dsb merupakan faktor yang tidak dapat dikendalikan dan dikelola. Sedangkan faktor unsur hara dapat dilakukan pengendalian atau dikelola dengan cara pemupukan dan tindakan kultur teknis.
Strategi dalam penyusunan rekomendasi pemupukan adalah memberikan unsur hara (dosis pupuk) yang mencukupi dan seimbang pada tanaman sehingga memungkinkan dicapainya produktifitas yang optimum. Untuk mencapai tujuan tsb, diperlukan rangkaian kerja yang saling berkaitan, yaitu:
- Percobaan pemupukan. SMARTRI telah membangun rangkaian percobaan pemupukan yang menyebar hampir di seluruh wilayah perkebunan pada areal dengan kondisi tanah & iklim yang dominan dan dapat mewakili areal sekitarnya.
- Pengambilan contoh daun (LSU)
- Pengamatan defisiensi hara
- Analisa daun di laboratorium
- Pengambilan contoh tanah (SSU)
- Analisa tanah di laboratorium
- Penyusunan rekomendasi
- Aplikasi pemupukan yang baik (jenis, dosis, cara, waktu)
- Data produksi dan pengelolaan kultur teknis
Semua data tsb diolah dan dianalisis untuk menentukan dosis pupuk yang direkomendasikan.
Pengaruh pemupukan terhadap produksi memerlukan waktu sekitar 2 – 3 tahun. Selama waktu tsb, segala hal yang menyebabkan tanaman stress akan berpengaruh terhadap produksi. Misalnya tanaman akan cenderung membentuk bunga jantan jika pada saat determinasi sex terjadi stress air. Gambaran mengenai pengaruh stress ini disajikan pada diagram berikut (von Uexkull, H.R. and Fairhust, T.H. 1991)
Faktor iklim merupakan hal yang sangat menarik dan penting mengingat kondisi iklim sangat menentukan tingkat produksi tanaman. Pengaruh curah hujan dengan produksi digambarkan seperti table di bawah ini dan gambar di lampiran yang merupakan hasil studi Caliman, J. P. di SBYE tahun 1997 dan 1999.
Kekurangan air akan berpengaruh negatif terhadap produksi sampai dengan 2 tahun ke depan. Penurunan produksi tahun pertama berkisar antara 6-10% produksi normal per 100 mm defisit air dan tahun kedua berkisar antara 2-5% produksi normal per 100 mm defisit air. Besarnya pengaruh defisit air terhadap produksi dipengaruhi banyak faktor yang antara lain: umur tanaman, tingkat produksi saat terjadi kekeringan, fisiologis tanaman dsb. Pengaruh negatif umumnya dimulai 6 bulan setelah terjadi defisit air, misalnya aborsi janjang dsb. Akibat adanya defisit air yang besar, ada kemungkinan akan terjadi perubahan pola produksi.
Perkiraan Produksi pada th. 1998 dan 1999 (Ton/Ha)
Water Defisit 1997 ( mm ) | Umur dan Tahun Tanam | ||
± 5/6 – 11 th 1986 – 1991/1992 | ± 12 – 18 th 1980 – 1985 | > 18 th < 1980 | |
Produksi th. 1998 | |||
0 | 26 | 28 | 26 |
100 | 23.5 – 24.0 | 25.5 – 26.5 | 24.0 – 24.5 |
200 | 21.0 – 22.0 | 23.0 – 25.0 | 22.5 – 23.0 |
300 | 18.5 – 20.0 | 20.5 – 23.5 | 20.5 – 21.5 |
400 | 16.0 – 18.0 | 18.0 – 20.0 | 19.0 – 20.0 |
500 | 13.5 – 16.0 | 15.5 – 20.5 | 17.0 – 18.5 |
600 | 11.0 – 14.0 | 13.0 – 19.0 | 15.0 – 17.0 |
Produksi th. 1999 | |||
0 | 26 | 28 | 26 |
100 | 24.5 – 25.0 | 26.5 – 27.5 | 25.0 |
200 | 23.5 – 24.5 | 25.0 – 27.0 | 24.5 |
300 | 22.0 – 23.5 | 23.5 – 26.5 | 23.5 |
400 | 21.0 – 23.0 | 22.0 – 26.0 | 23.0 |
500 | 19.5 – 22.0 | 20.5 – 25.5 | 22.0 |
600 | 18.0 – 21.0 | 19.0 – 25.0 | 21.0 |
Contoh: SBYE tahun tanam 1992, water deficit th. 1997 sebesar 600 mm, maka perkiraan produksi pada tahun 1998 = 12.5 ± 1.5 ton/ha dan pada tahun 1999 = 19.5 ± 1.5 ton/ha.
Metodologi kegiatan rekomendasi pemupukan secara umum seperti pada diagram di bawah ini.
Kondisi geografis sangat menentukan performance tanaman dan kadar hara daun optimum. Sebagai contoh, di areal Bangka, Sumsel kadar K optimum mendekati nilai 1.1%, sedangkan di wilayah Kalsel cukup sekitar 0.95%. Sebagai gambaran umum tabel di bawah ini menyajikan kriteria kadar hara daun.
Kriteria Kadar Hara Daun pada Pelepah-17 (von Uexkull, H.R. and Fairhust, T.H. 1991)
Umur | Unsur | Defisiensi | Optimum | Kelebihan |
< 6 Th | N (%) | < 2.5 | 2.6 – 2.9 | > 3.1 |
P (%) | < 0.15 | 0.16 – 0.19 | > 0.25 | |
K (%) | < 1.00 | 1.1 – 1.3 | > 1.8 | |
Mg (%) | < 0.20 | 0.3 – 0.45 | > 0.7 | |
Ca (%) | < 0.30 | 0.5 – 0.7 | > 0.7 | |
S (%) | < 0.2 | 0.25 – 0.40 | > 0.6 | |
Cl (%) | < 0.25 | 0.5 – 0.7 | > 1.0 | |
B (ppm) | < 8 | 15 – 25 | > 40 | |
Cu (ppm) | < 3 | 5 – 8 | > 15 | |
Zn (ppm) | < 10 | 12 -18 | > 80 | |
≥ 6 Th | N (%) | < 2.3 | 2.4 – 2.8 | > 3.0 |
P (%) | < 0.14 | 0.15 – 0.18 | > 0.25 | |
K (%) | < 0.75 | 0.9 – 1.2 | > 1.6 | |
Mg (%) | < 0.20 | 0.25 – 0.40 | > 0.7 | |
Ca (%) | < 0.25 | 0.5 – 0.75 | > 1.0 | |
S (%) | < 0.20 | 0.25 – 0.35 | > 0.6 | |
Cl (%) | < 0.25 | 0.5 – 0.7 | > 1.0 | |
B (ppm) | < 8 | 15 – 25 | > 40 | |
Cu (ppm) | < 3 | 5 – 8 | > 15 | |
Zn (ppm) | < 10 | 12 – 18 | > 80 |
VII. LAMPIRAN
- Jenis dan Sifat Pupuk
- Standard Pupuk: SNI dan Sirim Malaysia
Jenis Pupuk | Rumus Kimia | Kadar Unsur Hara Utama | Reaksi Kemasaman | Bentuk | Warna | Kelarutan dalam air | Higroskopisitas |
UREA | (NH2)2CO | 42 – 46% N | Sedikit masam | Kristral dan butir | Putih | Mudah larut | Higroskopis pada kelembaban nisbi 73% |
ZA (Zwavelzure Ammoniak)/ Ammonium Sulfat | (NH4)2SO4 | 20 – 21% N dan 21 – 27% S | Masam | Kristal | Putih kelam sampai putih kekuningan | Mudah larut | Higroskopis pada kelembaban nisbi 80% |
Natrium Nitrat (NN) | NaNO3 | 16 % N dan 26% Na | Netral sampai basa | Kristal | Berbagai warna: merah, kuning, kelabu, dan ungu | Mudah larut | Higroskopis pada kelembaban nisbi 72% |
TSP (Triple Super Phosphate) | Ca(H2PO4)2.H2O | 44-52% P2O5 | Netral | Butiran (granul) | Abu-abu | Dapat larut | Tidak higroskopis |
Fosfat Alam (RP= Rock Phosphate) | Ca3(PO4)2 | Sangat beragam tergantung sumbernya. 25 – 38% P2O5 | Netral sampai basa | Tepung (serbuk) | Tergantung sumbernya. Abu-abu keputihan, merah kecoklatan | Kelarutan sangat rendah | Tidak higroskopis |
Kalium Clorida (MOP=Muriate of Potash) | KCl | 52 – 60% K2O, dan 47 % Cl | Netral sampai agak masam | Kristal | Merah, putih kotor | Dapat larut | Kurang higroskopis, pada kelembaban nisbi 84% |
Kalium Sulfat (ZK=Zwavelzure Kali) | K2SO4 | 49-53% K2O | Netral sampai agak masam | Kristal | Putih keabu-abuan | Dapat larut | Kurang higroskopis |
Kieserit | MgSO4.H2O | 27% MgO dan 22% S | Agak masam | Tergantung sumbernya: Kristal dan tepung | Putih keabu-abuan, atau putih | Tergantung sumbernya: Agak sukar larut sampai dapat larut | Tidak higroskopis |
Dolomit | CaMg(CO3)2 | 18-22% MgO, dan 40% CaO | Basa | Tepung | Putih atau putih keabu-abuan | Sukar larut | Tidak higroskopis |
HGFB | Na2B4O7.5H2O | 45% B2O5 | Kristal | Putih kotor | Mudah larut | Higroskopis | |
Copper | CuSO4.5H2O | 26% Cu dan 13% S | Masam | Kristal | Biru | Mudah larut | Higroskopis |
Zinc | ZnSO4.H2O | 36% Zn | Masam | Kristal | Mudah larut | Higroskopis | |
Ferrum | FeSO4.7H2O | 19% Fe | Masam | Kristal | |
Mudah larut | Higroskopis |
15:15:6:4 | 15%N, 15%P2O5, 6% K2O, 4% MgO | Netral sampai agak masam | Butir (granul) | Coklat kemerahan | Mudah larut | Agak higroskopis | |
12:12:17:2 | |
12%N, 12%P2O5, 17%K2O, 2%MgO | Netral sampai agak masam | Butir (granul) | Merah kecoklatan | Mudah larut | Agak higroskopis |
13:6:27:4:0.65B | |
13%N, 6%P2O5, 27%K2O, 4%MgO, 0.65% B | |
Butir (granul) | |
Mudah larut | Agak higroskopis |
DAFTAR SNI UNTUK KOMODIT PUPUK
No | Judul Standar | No. SNI | Parameter Analisis | Persyaratan | |||
1 | Pupuk Amonium Sulfat (NH4)2SO4 | 02-176-1990 | Nitrogen
Belerang Asam bebas sebagai H2SO4 Air |
Min. 20 %
Min. 23 % Maks. 0.1 % Maks. 1 % |
|||
2 | Pupuk Tripel Super Posfat (TSP/Ca(H2PO4)2 | 02-0086-1987 | Unsur hara fosfat :
- Yang diserap sebagai P2O5 - Yang larut dalam air sebagai P2O5 - Air - Yang larut sebagai H3PO4 |
Min. 46 %
Min. 40 % Maks. 4 % Maks. 4 % |
|||
3 | Pupuk Tripel Super Fosfat Plus Zn | 02-2800-01992 | Unsur hara fosfat sebagai P2O5 :
- Total - Yang dapat diserap - Yang terlarut air - Air - Asam bebas sebagai H3PO4 - Zn sebagai ZNO |
Min. 45 %
Min. 43 % Min. 35 % Maks. 5 % Maks. 5 % Min. 0.2 % |
|||
4 | Pupuk NPK Padat | 02-02803-2000 | - Nitrogen Total
- Fosfat larut asam sitrat 2 % sebagai P2O5 - Kalium sebagai K2O - Jumlah kadar N, P2O5 dan K2O - Kadar Air |
Min. 6 %
Min. 6 % Min. 6 % Min. 30 % Maks. 2 % |
|||
5 | Pupuk Amonium Chlorida (NH4Cl) | 02-2581-1992 | Nitrogen
Air Asam sebagai HCl |
Min. 26 %
Maks. 1 % Maks. 0.08 % |
|||
6 | Pupuk Dolomit (CaMg(CO3)2 | 02-2804-1992 | Magnesium sebagai MnO
Calsium sebagai CaO Al2O3 + Fe2O3 Air Silikat sebagai SiO2 Bentuk tepung : - Lolos saringan 40 mesh - Lolos saringan 60 mesh |
Min. 18 %
Min. 30 % Maks. 3 % Maks. 5 % Maks. 3 % 100 % Maks. 50 % |
|||
7 | Pupuk Kalium Chlorida (Mriate of Potash/MOP/KCl | 02-2805-1992 | Kalium sebagai K2O Air | Min. 60 % Maks. 0.5 % | |||
8 | Pupuk Mono Amonium Fosfat (MAP/NH4H2PO4) | 02-2810-1992 | Nitrogen
Fosfat sebagai P2O5 Air |
Min. 11 %
Min. 48 % Maks. 1 % |
|||
9 | Urea Amonium Fosfat | 00-2811-1992 | Nitrogen
Fosfat sebagai P2O5 Air Butiran : -Lolos ayakan Tyler 4 mesh dan tidak lolos 16 mesh |
Min 90 % | |||
10 | Pupuk Diamnium Fosfat DAP/(NH4)2HPO4 | 02-2858-1992 | Nitrogen
Fosfat sebagai P2O5 Air Ukuran butiran : - Lolos 6 Tyler mesh tidak lolos 16 Tyler mesh |
Min.18 %
Min. 46 % Maks. 1 % Min. 80 % |
|||
11 | Pupuk Super Fospat (SP-36) | 02-3769-1995 | Unsur hara fosfat sebagai P2O5
- Total - Yang dapat diserap - Yanglarut air - Belerang sebagai S - Asam bebas sebagai H3PO4 - Air |
Min. 36 %
Min. 34 % Min. 30 % Min. 5 % Maks. 6 % Maks. 5 % |
|||
12 | Pupuk Fosfat Alam untuk Pertanian | 02-3776-1995 | Uraian | Kualitas A | Kualitas B | Kualitas C | |
Unsur hara fosfat sebagai P2O5
- Total - Larut dalam asam sitrat 2 % - Larut dalam asam formiat 2 % - Ca dan mg setara CaO - R2O3 (Al2O3 + Fe2O3) - Air - Kehalusan - Lolos 80 mesh Tyler - Lolos 25 mesh Tyler |
Min. 28 %
Min. 10 % Min. 14 % Min. 40 % Maks. 3 % Maks. 3 % Min. 50 % Min. 80 % |
Min. 24 %
Min. 8 % - Min. 40 % Maks. 6 % Mas. 3 % Min. 50 % Min. 80 % |
Min. 18 %
Min. 6 % - Min. 35 % Maks. 15 % Maks. 3 % Min. 50 % Min. 80 % |
||||
13 | Pupuk Super Fosfat (SP-36) Plus Zn | 02-4873-1998 | Unsur hara Posphor sebagai P2O5
- Total - Larut dalam asam sitrat 2 % - Larut air - Belerang sebagai S - Asam bebas sebagai H3PO4 - Zn sebagai ZnO - Air |
Mi. 36 %
Min. 34 % Min. 30 % Min. 5 % Maks. 6 % 0.2 – 0.3 % Maks. 5 ppm |
|||
14 | Pupuk Borate | 02-4959-1999 | Boron Oksida (B2O3)
Natrium Oksida (NaCl) Sulfat (SO4) Kadmium (Cd) |
Min. 45 %
Min. 20 % Maks. 0.02 % Maks. 35 ppm |
|||
15 | Pupuk Cair Sisa Proses Asam Amino (Simpramin) | 02-4958-1999 | Keadaan :
- Bentuk - Warna - pH - Bobot jensi pada 25°C - Total Nitrogen - Bahan Organik |
Cair
Coklat kehitaman 5.5 - 6.5 1.10 – 4.0 % Min. 8.0 % |
|||
Standard SIRIM’s Malaysia
Nr. | Jenis Pupuk | Element Analysis | Spesifikasi | Reference |
1. | Urea
(granular & prilled) CO(NH2)2 |
|
45.0 % min.
0.5 % max.(prilled) 1.0 % max granular 1.0 % max. 2.5 % max. |
MS14 part 1 & 2
UDC661.717.5 - 631.4 (first revision) |
2. | Ammonium Sulphate (NH4)2SO4 | a. Total N
b. Free Acidity as H2SO4 c. Moisture |
20.5 % min
0.03% max. 1.00 % max. |
MS13 : 1993
UDC661.522. - 631.841.1 (first revision) |
3. | Ammonium Chlorida NH4Cl |
|
25,0 % min.
2.0 % max. 2.0 % max. — |
MS1330 : 1993 UDC661.521 |
4. | Ammonium Nitrat NH4NO3 |
|
25.0%min. (granular)
35.0%min. (prilled) 1.0%max. |
MS53 : 1993 (first revision) |
5. | di-Ammonium posphat (NH4)2PO4 |
|
18.0% min.
45.0% min. 41.0% min. 2.0% max. |
MS1329 : 1993 UDC631.859.13 |
6. | Triple Superphosphate | a. Total P as P2O5
c. Moisture |
45.0 % min.
43,0 % min. 5.0 % max |
SNI-02-2800-1992 |
7. | Single Superphosphate |
|
18.0 % min.
4.0 % max. 5.0 % max. |
MS51 : 1993 UDC631.855 |
8. | Rock Phospate | a. Total P as P2O5
b Citric Acid soluble P as P2O5
|
28.0 % min.
7.5 % min. 5.0 % max. 3.0 % max. 1.0 % max. 95 % min. |
MS46 : 1993
UDC631.85 (first revision) |
9. | Potassium Chloride KCl |
|
60,0 % main.
46,0 % min. 1,00 % max. |
MS15 : 1993 UDC631.85 |
10. | Potassium Sulphate K2SO4 |
|
50,0 % min.
37,0 % min. 1,00 % max. |
MS16 : 1993
UDC631.833.2 (first revision) |
11. | Kieserite MgSO4.H20 |
|
25,0 % min.
60,0 % min. 1,00 % max. |
MS54 : 1993
UDC631.883 (first revision) |
12. | di-Sodium tetra Borate Pentahydrate Na2B4O7.5H2O |
|
46,0% min. 1,00 % max. | MS1363 : 1993 |
13. | Mixture Fertiliser |
|
10%max.permissible tolerances of quoted value
10%max.permissible tolerances of quoted value 10%max.permissible tolerances of quoted value 2.0% max. 1.0 % max. 5.0% max. (if contain TSP & SP) |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar