HOME

Sabtu, 18 Februari 2012

PEMILIHAN METODE PENYULUHAN PERTANIAN


     Metode penyuluhan pertanian dapat diartikan sebagai cara atau teknik penyampaian materi penyuluhan oleh para penyuluh kepada para petani beserta keluarganya baik secara langsung maupun tidak langsung, agar mereka tahu, mau dan mampu menerapkan inovasi (teknologi baru). Sedangkan teknik penyuluhan pertanian  dapat didefinisikan  sebagai keputusan – keputusan  yang dibuat oleh sumberatau penyuluh dalam memilih   serta menata   simbul   dan isi pesan  menentukan  pilihan  cara dan frekuensi penyampaian pesan  serta menentukan  bentuk penyajian pesan.

 Tujuan Pemilihan Metode Penyuluhan Pertanian
 dinyatakan oleh Socony Vacum Oil Co. Yang di dalam penelitiannya memperoleh hasil sebagai berikut: 1% melalui indera pengecap, 1,5% melalui indera peraba,
3%  melalui indera pencium, 11% melalui indera pendengar dan  83% melalui indera penglihat.
Dalam  mempelajari  sesuatu,  seseorang  akan  mengalami  suatu  proses untuk mengambil suatu keputusan yang berlangsung secara bertahap melalui serangkaian pengalaman mental fisikologis sebagai berikut:
1.    Tahap  sadar  yaitu  sasaran  mulai  sadar  tentang  adanya  inovasi  yang ditawarkan oleh penyuluh
2.    Tahap minta yaitu tumbuhnya minat yang seringkali ditandai oleh keinginan untuk bertanya atau untuk mengetahui lebih banyak tentang segala sesuatu yang berkaitan dengan inovasi yang ditawarkan oleh penyuluh.
3.    Tahap menilai yaitu penilaian terhadap baik/buruk atau manfaat inovasi yang telah diketahui informasinya secara lebih lengkap.
4.    Tahap mencoba yaitu tahap dimana sasaran mulai mencoba dalam skala kecil untuk lebih meyakinkan penilaiannya, sebelum menerapkan untuk skala yang lebih luas.
5.    Tahap  menerapkan  yaitu  sasaran  dengan  penuh  keyakinan  berdasarkan penilaian dan uji coba yang telah dilakukan/diamati sendiri.
Jadi tujuan pemilihan metode penyuluhan adalah: 1) agar penyuluh pertanian dapat menetapkan suatu metode atau kombinasi beberapa metode yang tepat dan berhasil guna, 2) agar kegiatan penyuluhan pertanian yang dilaksanakan untuk menimbulkan perubahan yang dikehendaki  yaitu perubahan perilaku petani dan anggota keluarganya dapat berdayaguna dan berhasilguna. 
Prinsip-prinsip Metode Penyuluhan Pertanian
 Prinsip merupakan suatu pernyataan mengenai kebijaksanaan yang dijadikan sebagai pedoman dalam pengambilan keputusan dan dilaksanakan secara konsisten.  Dalam kegiatan penyuluhan, prinsip menurut Leagans (1961) menilai   bahwa   setiap   penyuluh   dalam  melaksanakan   kegiatannya   harus berpegang   teguh   pada   prinsip-prinsip  yang   sudah  disepakati   agar   dapat melakukan pekerjaannya dengan baik.
Mardikanto (1999) menyatakan bahwa merujuk pada pemahaman penyuluhan pertanian sebagai proses pembelajaran, maka prinsip-prinsip dalam penyuluhan pertanian sebagai berikut:
1.    Mengerjakan;   artinya   kegiatan   penyuluhan   harus   sebanyak   mungkin melibatkan masyarakat untuk menerapkan sesuatu.
2.      Akibat; artinya kegiatan pertanian harus memberikan dampak yang memberi pengaruh baik.
3.     Asosiasi; artinya kegiatan penyuluhan harus saling terkait dengan kegiatan lainnya. Misalnya apabila seorang petani berjalan di sawahnya kemudian melihat tanaman padinya terserang hama, maka ia akan berupaya untuk melakukan tindakan pengendalian.

Lebih    lanjut    Dahama    dan    Bhatnagar    dalam    Mardikanto    (1999)

mengemukakan bahwa yang mencakup prinsip-prinsip penyuluhan pertanian:

1.    Minat dan kebutuhan; artinya penyuluhan akan efektif jika selalu mengacu kepada minat dan kebutuhan masyarakat, utamanya masyarakat tani.
2.    Organisasi masyarakat bawah; artinya penyuluhan akan efektif jika mampu melibatkan organisasi masyarakat bawah dari setiap keluarga petani.
3.    Keraguan   budaya;   artinya   penyuluhan   harus   memperhatikan   adanya keragaman budaya.
4.    Perubahan   budaya;   artinya   setiap   penyuluhan   akan   mengakibatkan perubahan budaya.
5.    Kerjasama  dan  partisipasi;  artinya  penyuluhan  hanya  akan  efektif  jika menggerakkan partisipasi masyarakat untuk selalu bekerjasama dalam melaksanakan program-program penyuluhan yang telah dicanangkan.
6.    Demokrasi dalam penerapan ilmu; artinya dalam penyuluhan harus selalu memberikan kesempatan kepada masyarakat untuk menawar setiap alternatif.
7.    Belajar sambil bekerja; artinya dalam kegiatan penyuluhan pertanian harus diupayakan agar masyarakat dapat belajar sambil berbuat, atau belajar dari pengalaman tentang segala sesuatu yang ia kerjakan.
8.    Penggunaan  metode  yang  sesuai;  artinya  penyuluhan  harus  dilakukan dengan  penerapan   metode   yang   selalu   disesuaikan   dengan   kondisi lingkungan fisik, kemampuan ekonomi, dan nilai sosial budaya.
9.    Kepemimpinan;  artinya  penyuluh  tidak  melakukan  kegiatan  yang  hanya bertujuan untuk kepuasan sendiri, tetapi harus mampu mengembangkan kepemimpinan.
10.  Spesialis yang terlatih; artinya penyuluh harus benar-benar orang yang telah mengikuti latihan khusus tentang segala sesuatu yang sesuai dengan fungsinya sebagai penyuluh.
11. Segenap keluarga; artinya penyuluh harus memperhatikan keluarga sebagai satu kesatuan dari unit sosial.
Selanjutnya,  Mardikanto  (2006)  mengemukakan  bahwa  prinsip-prinsip dalam metode penyuluhan pertanian, meliputi:
1. Upaya Pengembangan untuk berpikir kreatif:
 Prinsip ini dimaksudkan bahwa melalui penyuluhan pertanian harus mampu menghasilkan petani-petani yang  mandiri, mampu mengatasi permasalahan yang  dihadapi  dan  mampu  mengembangkan  kreativitasnya  untuk memanfaatkan setiap potensi dan peluang yang diketahui untuk memperbaiki mutu hidupnya.
2.  Tempat yang paling baik adalah di tempat kegiatan sasaran:
 Prinsip ini akan mendorong petani belajar pada situasi nyata sesuai permasalahan yang dihadapi.
3. Setiap individu terkait dengan lingkungan sosialnya:
 Prinsip ini mengingatkan kepada penyuluh bahwa keputusan-keputusan yang diambil petani dilakukan berdasarkan lingkungan sosialnya.
4. Ciptakan hubungan yang akrab dengan sasaran:

Keakraban hubungan antara penyuluh dan sasaran memungkinkan terciptanya keterbukaan sasaran dalam mengemukakan masalahnya.
5. Memberikan sesuatu untuk terjadinya perubahan.

Metoda yang diterapkan harus mampu merangsang sasaran untuk selalu siap (dalam arti sikap dan pikiran) dan dengan sukahati melakukan perubahan-perubahan demi perbaikan mutu hidupnya sendiri, keluarganya dan masyarakatnya.

Terjadinya perubahan context dan content pembangunan pertanian dalam era reformasi,   mengakibatkan   terjadi   pula   perubahan   sasaran   dalam   penyuluhan pertanian.  Perubahan tersebut memberi pengaruh yang sangat besar karena saat ini tidak hanya petani dijadikan sebagai sasaran utama (objek) kegiatan penyuluhan tapi melibatkan pula  stakeholder yaitu  pelaku  agrobisnis.    Jadi,  penyuluhan pertanian merupakan suatu upaya atau proses kegiatan yang dilakukan dalam rangka pemberdayaan masyarakat dan petani.   Secara khusus, penerapan penyuluhan pertanian dalam era disentralisasi (lokalita) sebagaimana yang diamanatkan oleh UU Nomor 22 Tahun 1999 yang diperbaharui dengan UU Nomor 32 Tahun 2004, Pusat Pengembangan Penyuluhan (Pusbangluh) Pertanian mengeluarkan kebijakan tentang pelaksanaan penyuluhan pertanian  spesifik  lokalita  yang  bersifat  partisipatif yaitu, pendidikan nonformal bagi petani dan masyarakat melalui upaya pemberdayaan dan kemampuan memecahkan masalah sesuai dengan kebutuhan dan kondisi wilayah masing-masing dengan prinsip kesetaraan dan kemitraan, keterbukaan, kesetaraan kewenangan, dan tanggung jawab serta kerja sama, yang ditujukan agar mereka berkembang menjadi dinamis dan berkemampuan untuk memperbaiki kehidupan dan penghidupannya dengan kekuatan sendiri

Penggolongan Metode Penyuluhan Pertanian

Untuk mempermudah mempelajari jenis-jenis metode penyuluhan pertanian, dilakukan penggolongan.   Banyak cara untuk menggolongkan metode penyuluhan pertanian, antara lain:
1.  Penggolongan berdasarkan teknik komunikasi.

2.  Penggolongan berdasarkan jumlah sasaran.

3.  Penggolongan berdasarkan indera penerima.


 1. Penggolongan Berdasarkan Teknik komunikasi

Berdasarkan teknik komunikasi, metode penyuluhan pertanian digolongkan menjadi

1) komunikasi langsung (direct communication/face to face communication), contohnya: obrolan di sawah, obrolan di balai desa, obrolan di rumah, telepon/HP, kursus tani, demonstrasi karyawisata, dan pameran; dan 2) komunikasi tidak langsung (inderect communication), contohnya publikasi dalam  bentuk  cetakan, poster, siaran radio/TV, dan pertunjukan film. Jadi, dalam kegiatan komunikasi tidak langsung, pesan disampaikan melalui perantara (medium atau media).

2. Penggolongan Berdasarkan Jumlah Sasaran

Berdasarkan jumlah sasaran yang dicapai, metode penyuluhan pertanian digolongkan menjadi 1) pendekatan perorangan, contohnya: kunjungan rumah, kunjungan usaha tani, surat-menyurat, dan hubungan telepon; 2) pendekatan kelompok, contohnya: diskusi kelompok, demonstrasi (cara atau hasil), karyawisata, temu lapang, temu usaha, dan kursus tani; 3)  pendekatan massal, contohnya: pameran, pemutaran film, siaran pedesaan/TV, pemasangan poster, pemasangan spanduk, dan penyebaran bahan bacaan (folder, leaflet, liptan, brosur).
3. Penggolongan Berdasarkan Indera Penerima
Berdasarkan indera penerima, metode penyuluhan pertanian dapat digolongan menjadi  1)  yang  diterima  olej  indera  penglihatan, contohnya:  poster,  film,  dan pemutaran slide; 2)  yang  diterima oleh indera pendengaran, contohnya: siaran TV/radio, pidato, ceramah, dan hubungan telepon; 3) yang diterima oleh beberap indera, contohnya: demonstrasi (cara atau hasil), siaran TV/radio (interaktif), dan pameran.

Pemilihan Metoda Penyuluhan Pertanian

Tujuan memilih metode penyuluhan pertanian antara adalah:

1. Agar penyuluh pertanian dapat menetapkan suatu metode atau kombinasi beberapa metode yang tepat dan berhasil guna.
2. Agar  kegiatan  penyuluhan  pertanian  yang  dilaksanakan  untuk  menimbulkan perubahan yang dikehendaki, yaitu perubahan perilaku petani dan anggota keluarganya dapat berdaya guna dan berhasil guna.

Pada umumnya, seseorang belajar melalui indera.  Indera ini merupakan pintu gerbang masuknya ”stimulus” ke dalam diri seseorang yang belajar.   Setiap indera akan mempunyai pengaruh yang berbeda terhadap hasil belajar seseorang.  Seperti salah satu hasil penelitian yang dilakukan oleh Socony Vacuum Oil Co. Dalam Padmowihardjo (2000:6) yaitu: melalui indera pengecap 1   persen, melalui indera peraba 1,5 persen, melalui indera penciuman 3,5 persen,  melalui indera pendengaran
11 persen dan melalui indera penglihat 83 persen.  Sedangkan Hasmosoewignyo dan Garnadi  (1962)  dalam  Kartasapoetra  (1991:60)  menyatakan  bahwa,  hasil penangkapan dari mendengar saja 10 persen, melihat saja 50 persen, melihat, mendengar dan mengerjakan sendiri (praktik) 90 persen.  Jadi, dari fenomena tersebut dapat disimpulkan bahwa dalam kegiatan penyuluhan agar kegiatan tersebut berhasil, sebaiknya menggunakan lebih dari satu indera penerima.
Dalam mempelajari sesuatu seseorang akan mengalami suatu proses penerapan (adoption) yang merupakan proses mental yang dapat dilalui dalam lima tahapan, yaitu:
1.  Tahap  mengetahui  dan  menyadari  (awarness),  dimana  seseorang  menyadari adanya    sesuatu   ide   atau   teknologi   baru   dan   merasa   tergugah   untuk mempelajarinya.    Selanjutnya,   ia   mencoba   mengembangkan  ingatan   atau pengetahuannya tentang ide atau teknologi baru tersebut.
2. Tahap minat (interesting), dimana seseorang yang sudah tergugah untuk mempelajari tentang ide atau teknologi baru selanjutnya tumbuh minatnya, yaitu
bertanya ke sana ke mari atau mengajukan respon, mengumpulkan keterangan- keterangan lebih lanjut dalam rangka mengembangkan pengertiannya.
3.  Tahap menilai (evaluation), dimana seseorang yang telah tumbuh minatnya lalu bertanya kepada dirinya sendiri  dan melakukan penilaian secara subyektif tentang untung atau ruginya kalau akan menerapkan ide atau teknologi baru yang dipelajarinya.   Penilaian tersebut dia lakukan berdasarkan pengertian-pengertian yang diperolehnya dari tahap berikutnya.
4.  Tahap mencoba (trial), dimana seseorang yang telah berhasil mencapai tahap menilai,  dan  berkesimpulan bahwa  ide  atau  teknologi  baru  yang  dipelajarinya ternyata menguntungkan, maka akan mencoba menerapkan ide atau teknologi baru tersebut dalam skala kecil sehingga timbul keyakinannya karena telah mengalami sendiri.
5.  Tahap   menerapkan  (adoption),   dimana   seseorang   yang   telah   yakin   akan menerapkan ide atau teknologi baru yang dipelajarinya dalam praktik nyata atau dalam usaha skala yang sebenarnya.
 Kemampuan seseorang dalam mempelajari sesuatu berbeda-beda.  Demikian pula tahap perkembangan mentalnya, keadaan lingkungan dan kesempatannya juga berbeda-beda.    Oleh  karena  itu,  perlu  dipilih  metoda  penyuluhan pertanian  yang berdaya guna dan berhasil guna.
Dalam pemilihan metoda penyuluhan pertanian, pertimbangan-pertimbangan yang harus diambil didasarkan pada:
1.  Karakteristik sasaran

2.  Karakteristik penyuluh

3.  Karakteristik daerah

4.  Materi penyuluhan pertanian

5.  Sarana dan biaya

6.  Kebijaksanaan pemerintah

1.  Karakteristk Sasaran
 Agar pesan dapat sampai dengan baik kepada sasaran, maka perlu diperhatikan kondisi sasaran.   Karakteristik sasaran yang perlu dipertimbang-kan dalam memilih metoda penyuluhan pertanian, antara lain: 1) tingkat pengetahuan, sikap dan keterampilan sasaran, yaitu pengalaman bertani, pendidikan, dan tingkat adopsinya.   Misalnya, apabila dalam suatu wilayah kerja penyuluhan terdapat sejumlah sasaran yang tingkat pendidikannya sangat rendah atau sebagian besar
”buta huruf”, tentunya tidak dapat menggunakan penyebaran bahan bacaan tulisan.
Selain itu, pengalaman (pengetahuan) dalam kegiatan usaha tani yang sudah lama akan berbeda dengan petani yang masih tergolong pemula, demikian pula dengan tingkat adopsinya.
Dari tingkat penguasaan pengetahuan, sikap dan keterampilan serta pengalaman, yang dapat kita identifikasi ternyata sasaran berada pada tahap menilai; ini berarti bahwa pendekatan yang kita harus gunakan adalah pendekatan kelompok, dengan alternatif yang dapat dipilih antara lain, kombinasi antara kursus tani, pemberian bahan bacaan, ceramah dan demonstrasi.  Dapat pula dilakukan dengan kegiatan karyawisata atau diskusi kelompok.
2. Karakteristik Penyuluh
 Sebagai mitra sasaran (petani), penyuluh pertanian sering disebut sebagai: fasilitator, dinamisator, organisator, katalisator, moderator dalam proses pembelajaran.    Untuk  dapat  melakukan  ini  semua,  penyuluh  pertanian  harus memiliki kemampuan menggunakan metoda penyuluhan pertanian yang berdayaguna dan berhasilguna.   Di samping itu, penyuluh pertanian juga harus memiliki  kemampuan penguasaan teknologi atau  ide  baru  (inovasi)  yang  akan disuluhkan dalam arti pengetahuan, sikap   dan keterampilan yang dimiliki perlu dipertimbangkan dalam memilih metode penyuluhan pertanian yang tepat.
Saat ini, berdasarkan Peraturan Menteri PAN Nomor : PER/02/MENPAN/2/2008, penyuluh pertanian terbagi dua yaitu: Penyuluh Ahli dan
Penyuluh Terampil.   Kriteria ini, disesuaikan dengan pangkat/jabatan dan beban tugas yang akan diemban oleh penyuluh pertanian.

3. Karakteristik Daerah
 Karakteristik  daerah  yang  perlu  dipertimbangkan adalah  keadaan  musim (agroklimat), keadaan usaha tani, dan keadaan lapangan. Keadaan musim akan berpengaruh terhadap metoda penyuluhan pertanian yang digunakan.   Misalnya, pada musim kemarau yang panas sekali dan tidak ada penanaman di lapagan, kita tidak dapat melakukan kegiatan demonstrasi di lapangan, tapi sebaiknya dilakukan di  rumah petani. Sebaliknya pada  musim penghujan di  beberapa daerah lebih banyak kegiatan di lapangan.  Jadi pemilihan metoda penyuluhan pertanian harus disesuaikan dengan kondisi tersebut.
Keadaan usaha tani di suatu daerah akan turut mempengaruhi penetapan metoda penyuluhan pertanian.  Misalnya penyuluhan pada waktu pengolahan lahan akan berlainan dengan penyuluhan pada saat panen dan pasca panen.   Metoda penyuluhan pertanian hendaknya dipilih  sesuai dengan tahapan perkembangan usaha tani yang berada dalam rentang waktu siklus usaha tani.
Keadaan lapangan juga perlu dipertimbangkan, misalnya dalam struktur wilayah perdesaan ada yang pemukimananya tersebar dan ada yang terpusat.  Ada yang mudah diakses dengan menggunakan kendaraan roda dua atau roda empat, dan ada yang hanya dapat ditempuh dengan berjalan kaki sehingga mobilitasnya sangat sulit. Selain itu, keadaan topografi (berbukit atau pegunungan).

4. Materi Penyuluhan
 Materi penyuluhan sangat menentukan terhadap jenis metoda penyuluhan pertanian yang akan digunakan.   Misalnya, penyuluhan tentang intensifikasi pemanfaatan  lahan  pertanian  sangat  berbeda  dengan  penyuluhan  intensifikasi ayam buras, intensifikasi ternak potong, intensifikasi kedele atau intensifikasi padi (inivasi teknis).  Berlainan pula dengan materi pembentukan poktan dan gapoktan (menyangkut inovasi sosial) serta penyuluhan tentang perkreditan dan kontrak kerja (inovasi ekonomi).

 5. Sarana dan Biaya
 Pertimbangan sarana dan biaya didasarkan atas bagaimana ketersediaanya sarana yang akan digunakan sebagai alat bantu dan alat peraga penyuluhan pertanian. Sebagai contoh, disuatu daerah yang tidak ada listrik, tentunya sulit melakukan  penyuluhan  dengan  menggunakan OHP  (over  head  projector) .
Biaya diperlukan untuk mendanai kegiatan, misalnya dari segi efisiensinya; kursus tani lebih mahal daripada pertemuan umum, namun lebih murah daripada melakukan kunjungan rumah atau usaha tani.  Jadi ketersediaan biaya akan sangat menentukan alternatif kombinasi pemilihan metoda penyuluhan pertanian.

6. Kebijaksanaan Pemerintah
 Penyuluhan pertanian adalah bagian dari pembangunan pertanian, dan pembangunan pertanian merupakan bagian dari pembangunan nasional yang dilaksanakan pemerintah bersama-sama dengan seluruh rakyat Indonesia. Dengan demikian, kegiatan penyuluhan pertanian harus sesuai dengan kebijaksanaan pemerintah baik pemerintah pusat maupun daerah.   Misalnya, pada tahun 1997 digalakkan program pemerintah tentang ketahanan pangan, dan tahun 2007 kita harus  mengawal kebijakan pemerintah untuk  mencapai peningkatan 2  juta  ton beras.   Artinya, gerakan tersebut dapat dengan cepat dilakukan oleh masyarakat sasaran dengan dukungan dari aparat terkait di semua tingkatan.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar