Minggu, 24 Juli 2011

BUDIDAYA PADI LAHAN RAWA


MENGENAL VARIETAS PADI CIHERANG
Nama Varietas : Ciherang
Kelompok : Padi Sawah
Nomor Seleksi : S3383-1d-Pn-41–3-1
Asal Persilangan : IR18349-53-1-3-1-3/IR19661-131-3-1//IR19661-131-3-1///IR64 ////IR64
Golongan : Cere
Umur Tanaman : 116-125 hari
Bentuk Tanaman : Tegak
Tinggi Tanaman : 107-115 cm
Anakan Produktif : 14-17 batang
Warna Kaki : Hijau
Warna Batang : Hijau
Warna Daun Telinga : Putih
Warna Lidah Daun : -
Warna Daun : Hijau
Warna Muka Daun : Kasar pada sebelah bawah
Posisi Daun : Tegak
Daun Bendera : Tegak
Bentuk Gabah : Panjang ramping
Warna Gabah : Kuning bersih
Kerontokan : Sedang
Kerebahan : Sedang
Tekstur Nasi : Pulen
Kadar Amilosa : 23%
Bobot 1000 Butir : 27-28 g
Rata – Rata Produksi : 6 t/ha
Potensi Hasil :  8,5 t/ha
Ketahanan Terhadap Hama :-Tahan terhadap wereng coklat biotipe 2 dan 3-:
Ketahanan Terhadap Penyakit: Tahan terhadap bakteri hawar daun (HDB) strain III dan IV
Anjuran : -Cocok ditanam pada musim hujan dan kemarau dengan ketinggian di bawah 500 m dpl.

BUDIDAYA PADI LAHAN RAWA

Lahan rawa semakin penting peranannya dalam upaya mempertahankan swasembada beras dan mencapai swasembada bahan pangan lainnya, mengingat semakin berkurangnya lahan subur untuk area pertanian di Pulau Jawa akibat alih fungsi lahan ke perumahan dan keperluan non pertanian lainnya. Potensi lahan rawa lebak di Indonesia mencapai 14 juta hektar, terdiri dari rawa lebak dangkal seluas 4.166.000 ha, lebak tengahan seluas 6.076.000 ha, dan lebak dalam seluas 3.039.000 ha (Adhi, et al., dalam Rafieq, 2004). Sebagian lahan rawa lebak ini belum dimanfaatkan untuk usaha pertanian sehingga potensi pengembangannya masih sangat besar.
Kata lebak diambil dari kosakata Bahasa Jawa yang berarti lembah atau tanah rendah (Poerwadarminto, 1976). Rawa lebak adalah wilayah daratan yang mempunyai genangan hampir sepanjang tahun, minimal selama tiga bulan dengan tinggi genangan minimal 50 cm. Rawa lebak yang dimanfaatkan atau dibudidayakan untuk pengembangan pertanian, termasuk perikanan dan peternakan disebut lahan rawa lebak. Rawa lebak yang sepanjang tahun tergenang atau dibiarkan alamiah disebut rawa monoton, sedangkan jika kedudukannya menjorok masuk jauh dari muara laut/sungai besar disebut rawa pedalaman. Atau dapat juga diartikan dengan sawah rendahan yang tergenang secara periodik sekurang-kurangnya tiga sampai enam bulan secara kumulatif dalam setahun, dan dapat kering atau lembab tiga bulan secara komulatif dalam setahun.
Rawa lebak secara khusus diartikan sebagai kawasan rawa dengan bentuk wilayah berupa cekungan dan merupakan wilayah yang dibatasi oleh satu atau dua tanggul sungai (levee) atau antara dataran tinggi dengan tanggul sungai. Bentang lahan rawa lebak menyerupai mangkok yang bagian tengahnya paling dalam dengan genangan paling tinggi. Semakin ke arah tepi sungai atau tanggul semakin rendah genangannya. Pada musim hujan genangan air dapat mencapai tinggi antara 4-7 meter, tetapi pada musim kemarau lahan dalam keadaan kering, kecuali dasar atau wilayah paling bawah. Pada musim kemarau muka air tanah di lahan rawa lebak dangkal dapat mencapai > 1 meter sehingga lebih menyerupai lahan kering (upland).
Lahan rawa lebak dipengaruhi oleh iklim tropika basah dengan curah hujan antara 2.000-3.000 mm per tahun dengan 6-7 bulan basah (bulan basah = bulan yang mempunyai curah hujan bulanan > 200 mm) atau antara 3-4 bulan kering (bulan kering = bulan yang mempunyai curah hujan bulanan <>
Bahan induk tanah rawa lebak umumnya berupa endapan aluvial sungai, endapan marin, atau gambut yang terbentuk pada periode era Holosen, yaitu sejak 10.000 sampai 5.000 tahun silam yang jauh lebih tua jika dibandingkan dengan endapan di delta sepanjang sungai yang diperkirakan terbentuk antara 2.500-3.000 tahun silam (Prasetyo et. al., 1990; Furukawa, 1994; Neuzil, 1997). Sifat fisika tanah dari lahan rawa lebak umumnya tergolong masih mentah, sebagian melumpur, kandungan lempung (clay) tinggi, atau gambut tebal dengan berbagai taraf kematangan dari mentah (fibrik) sampai matang (saprik). Lapisan bawah dapat berupa lapisan pirit (FeS2) yang berpotensi masam; atau pasir kuarsa yang miskin hara; sifat kimia, kesuburan, dan biologi tanah tergolong sedang sampai sangat jelek. Hidrologi atau sistem tata air kebanyakan lahan rawa lebak sangat buruk. Ketersediaan sarana dan prasarana tata air yang mendukung belum memadai sehingga kinerja pengatusan (drainage), pelindian (leaching), dan penggelontoran (flushing) belum mampu mempercepat perkembangan tanah.
Potensi pertanian di lahan rawa lebak cukup luas dan beragam. Watak dan ekologi masing-masing lokasi dan tipologi lahan rawa lebak merupakan faktor penentu dalam penyusunan pola tanam dan jenis komoditas yang dibudidayakan. Pola tanam dan jenis komoditas yang dikembangkan di lahan rawa lebak dapat didasarkan pada tipologi lahan.
Lahan rawa lebak sebagian besar dimanfaatkan untuk pengembangan budidaya padi yang dapat dipilah dalam pola (1) padi sawah timur (sawah rintak) dan (2) padi sawah barat (sawah surung). Sawah timur pada musim hujan tergenang sehingga hanya ditanami pada musim kemarau. Sawah timur ini umumnya ditanami padi rintak, yaitu padi sawah irigasi yang berumur pendek (high yielding variety) seperti varietas IR 42, IR 64, IR 66, cisokan, ciherang, cisanggarung, mekongga, kapuas, lematang, margasari (tiga varietas terakhir merupakan padi spesifik rawa pasang surut) dengan hasil rata-rata 4-5 ton per hektar.

Pertumbuhan tanaman padi di tanah lebak dapat berlangsung baik, asal persyaratan sebagai berikut terpenuhi:
- Dimusim kemarau
Air Tanah lebak (rawa) mengalir perlahan – lahan dan tidak dapat kering
- Di Akhir musim kemarau
Pada saat lebak kering selama 1- 2 bulan, padi diusahakan mendekati tua, sebab pada saat itu sangat baik untuk proses kematangan buah padi

Panen
Panen harus sudah selesai pada saat air menggenangi tanah lebak di awal musim hujan

Sedangkan syarat –syarat varietas padi yang ditanam di tanah lebak adalah
  • Varietas berumur pendek (genjah) yaitu 5 -5 1/2 bulan karena sangat di pengaruhi oleh kondisi air, walaupun umur padi itu genjah tapi karena proses metabolism yang lambat maka panen padi lebak akan memakan waktu yang sangat lama
  • Varietas yang peka terhadap lama penyinaran
  • Varietas padi unggul baru maupun varietas lokal

1. Persiapan Tanam
Dalam Persemaian padi lebak, hal –hal yang perlu dipersiapkan yaitu: Lahan (Media Pertanaman) harus dipersiapkan pada waktu yang tepat yakni dengan cara melakukan pengolahan tanah pada awal musim kemarau (sekitar bulan Maret/April)
Karena tanah lebak bertekstur Lumpur, maka pengolahan tanahnya berbeda dengan pengolahan tanah padi sawah. Pada tanah lebak pengolahan tanah tersebut cukup dengan cara membersihan tumbuhan liar saja

2. Persemaian
Dalam menyemai padi lebak, dikenal dua cara persemaian yaitu:
1. Persemaian Terapung
Yakni persemaian yang dilakukan diatas permukaan air dengan bantuan rakit, karena pada saat tinggi air pada tanah lebak masih diatas 40 cm. persemaian tersebut dapat dilanjutkan dengan persemaian lanjutan pada tanah lebak yang dangkal airnya. Persemaian semacam ini dapat dilakukan dua atau 3 kali

Cara Pelaksanaan
1. Mula –mula di buat persemaian berukuran 3 x 1 meter dengan menggunakan benih sebanyak 1 kg, yang dilakukan diatas rakit khusus untuk persemaian
2. Benih yang sebelumnya sudah dikecambahkan di tangkarkan di persemaian dengan jarak 8 x 10 cm, masing –masing 2 - 3 sendok makan, kemudian di tutup daun pisang selama 1 (satu) minggu
3. Selama bibit berumur 1 minggu, maka daun penutup tadi harus dibuang dan semai dibiarkan tumbuh tanpa pelindung
4. Bibit segera di tanam, apabila tinggi air di tanah lebak sudah menurun menjadi 30 – 40 cm dan bibit telah berumur 3 (tiga) minggu
5. Apabila tinggi air di tanah lebak masih diatas 40 cm, maka bibit masih bisa dipertahankan. Akan tetapi bibit tadi harus di pindahkan pada tanah yang dangkal airnya (20 - 30 cm)
6. Sedangkan luas persemaian yang kedua ialah 5 atau 6 kali luas luas persemaiann sebelumnya, dengan tujuan untuk penjarangan.
7. cara menyemai yang kedua dilakukan sebagai berikut:
Mula – mula ujung bibit di potong, sehingga tinggi bibit menjadi 20 -30 cm dab tiap rumpun di tanam 2- 3 bibit kedalaman penanaman (semai) 5 cm jarak tanam 15 x 15 cm
8. Persemaian ketiga dapat dilakukan, bila bibit telah berumur 20 – 30 hari di persemaian kedua tidak dapat di tanam di tanah lebak, akibat tinggi air di tanah lebak belum mencapai 30 – 40 cm .
Caranya adalah menyiapkan tanah yang airnya dangkal seluias 5 atau 6 kali persemaian yang kedua, yakni menunggu turunnya air di tanah lebak hingga mencapai 30 – 40 cm

2. Persemaian Darat
Yakni persemaian yang dilakukan diatas pematang (tepi sungai pekarangan ataupun di tanah rendah)
- Saat menyemai adalah persemaian padi lebak sebaiknya dilakukan pada bulan Pebruari
- Keperluan benih adalah benih yang dibutuhkan untuk persemaian adalah
- Persemaian terapung sebanyak 25 – 30 kg/ha
Persemaian terapung membutuhkan bibit yang lebih sedikit daripada bibit yang disemai di persemaian darat karena pada persemaian terapung kemungkinan rusaknya bibit pada waktu pencabutan sangat kecil dibandingkan dengan persemaian darat
- Persemaian Darat sebanyak 30 – 40 kg/ha

Cara penyemaian
a. Menyiapkan tanah pekarangan , pematang pinggiran sungai ata pada bagian tanah yang rendah, untuk dibersihkan dari rerumputan
b. Sebelum benih disemai, harus direndam terlebih dahulu selama 2 malam, hal ini maksudkan untuk perkecambahan
c. Membuat lubang sedalam 2 – 3 cm dengan jarak 8 – 10 cm pembuatan lubang ini dapt dilakukan dengan tugal
d. Setiap lubang dimasuki benih sebanyak 2- 3 sendok makan
e. Untuk mencegah kerusakan akibat serangan hama, hujan deras ataupun kekeringan, maka setelah benih tadi di masukan kedalam lubang, selanjutnya lubang ditutup kembali dengan menggunkan tanah ataupun daun – daun kering, daun aren dan lain sebagainya
f. Untuk persemaian tahap berikutnya (persemaian kedua dan persemaian ketiga) seperti yang dillakukan pada persemaian terapung

3. Bertanam Padi Lebak
Penanaman padi di lahan sawah lebak dapat dilakukan secara bertahap dengan memperhatikan kondisi genangan air yang ada, pada prinsipnya penanaman terlebih dahulu dilakukan pada kondisi lahan yang genangan airnya sudah mulai berkurang, saat pemindahan bibit diusahakan bibit dalam kondisi masih segar untuk mengurangi terjadi stres pada tanaman. Bibit padi yang siap tanam bila bibit telah mencapai ketinggian 20 - 25 cm, dengan ketinggian 20 – 25 cm dimaksudkan penanaman dilakukan pada waktu awal musim kemarau, atau telah berumur 20 - 30 hari di persemaian, jarak tanam yang digunakan dalam budidaya tanaman padi di lahan lebak 20 x 25 cm

Agar tanaman bisa tumbuh seperti yang diinginkan, maka di dalam melakukan penanaman perlu di perhatikan hal – hal sebagai berikut
1. Umur bibit .
Pada saat umur bibit telah mencapai 50 - 90 hari dan tinggi air di tanah lebak antara 30 – 40 cm dengan ketinggian ini dimaksudkan bahwa penanaman dilakukan pada musim hujan, maka bibit dapat segera di tanam, yakni sekitar bulan juni


2. Cara memindahkan dan menanam bibit
Pada saat melakukan pencabutan bibit diusahakan agar supaya akar tidak banyak yang terputus. Kemudian ujung daun bibit tadi di potong agar tidak banyak terjadi penguapan. Dengan demikian panjang bibit menjadi sekitar 60 cm

3. Cara menanam
Penanaman dilakukan dengan cara melubangi tempat – tempat yang akan ditanami dengan alat tugal, jarak tanamnya diatur 30 x 40 cm, dan setiap lubnag ditanam 2 - 3 bibit
Apabila dibandingkan dengan penanaman padi sawah, maka cara penanaman padi lebak sangat jauh berbeda, sebab penanaman padi lebak sangat dipenagruhi oleh musim. Disini peranan musim sangat mutlak terlebih – lebih pada saat memulai tanam. Hal ini berhubungan dengan keperluan pengairan


4. Pemeliharaan
Pemeliharaan tanaman padi di lahan sawah lebak meliputi :
- Pembersihan dari gulma/tanaman liar (penyiangan I dan II)
- Pemeliharaan dari serangan hama (PHP I dan II) seperti tikus, pengerek batang padi dan belalang,
- Pembersihan disekitar pematang dilakukan untuk mencegah serangan dari hama tikus dan dimaksudkan tikus tidak bersarang dipematang
- Pemupukan tidak dilakukan pada padi lebak karena sulit untuk menentukan berapa dosis yang dibutuhkan, dan kebutuhan untuk P sudah tersedia di alam

Dalam rangka pemeliharaan ini yang perlu dilakukan terutama ialah penyiangan , pengendalian hama dan penyakit.
Penyiangan dapat dilakukan hingga 3 kali yaitu yang disiangi adalah rumput – rumputan serta tumbuhan air lainnya. Penyiangan sebaiknya dilakukan setiap 30 hari sekali. Penyiangan pertama di mulai pada saat tanaman berumur 30 hari setelah tanam.

Pengendalian hama dan penyakit di tanah lebak sama dengan cara – cara yang dilakukan untuk mengendalikan hama dan penyakit pada sistem padi sawah. Sebab jenis hama dan penyakitnya pada umumnya sama

5. Panen

Pemungutan hasil padi lebak pada umumnya dilakukan sampai tiga kali, sebab masaknya buah padi tersebut tidak serentak. Disamping itu juga untuk mengurangi hilangnya gabah akibat rontok selama pemungutan panen pertama merupakan panen yang terbesar, panen ini biasanya dilakukan pada bulan September dan oKtober. Sedangkan panen berikutnya merupakan panenan kecil. Pada saat padi dipanen , air diusahakan dalam keadaan macak – macak.
Sedangkan untuk menentukan umur panen padi di lahan sawah lebak ada beberapa cara antara lain sebagai berikut:
- Berdasarkan umur tanam. Panen dilaksanakan berdasarkan umur tanaman sesuai dengan deskripsi varietas, sekitar 105 - 125 hari setelah tanam
- Berdasarkan kenampakan. Cara ini dilakukan dengan melihat warna bulir padi yang sudah menguning dan daun bendera yang masih hijau atau mulai menguning
- Berdasarkan ketersedian tenaga kerja Lahan sawah lebak sering terjadi kebanjiran saat padi akan dipanen. Di daerah ini biasanya sulit mencari tenaga kerja, sehingga penen dilakukan bila tenaga panen telah tersedia, walaupun padi belum matang optimal.

6. Pasca Panen
Perlakuan pasca panen terhadap hasil kegiatan panen padi sawah lebak meliputi :
- Pembangunan pondok untuk hasil panen
- Pengeringan hasil panen
- Penyimpanan hasil panen
- Transportasi hasil panen

0 komentar:

Posting Komentar