Salah satu parameter kualitas tanah adalah pH singkatan dari potential of Hydrogen. Dalam tanah terlarut berbagai macam unsur hara berbentuk ion-ion (partikel yang bermatan listrik), karena akar tanaman menyerap unsur-unsur hara tersebut dalam bentuk ion-ion sebagai bahan makananya. Jika kepekatan ion hidrogen (H+) di dalam tanah terlalu tinggi maka tanah dikatakan asam. Sebaliknya, jika kepekatan ion hidrogen terlalu rendah maka tanah dikatakan basa. Pada kondisi basa kadar kation OH- lebih tinggi dari ion H+.
Secara kuantitatif, besarnya keasaman dan kebasaan tanah dinyatakan dalam satuan grammol per Liter (gmol/L). Bilangan kepekatan ion ini sangat kecil sekali sehingga penulisannya dengan angka pecahan, misalnya 1/100.000 gmol/L. Deretan angka nol dapat disingkat 10 (jumlah angka nol), jadi misalanya 1/100 gmol/l ditulis 10-2 , atau dapat pula ditulis logaritma negatif 2.
Secara teoritis, Ukuran pH dikuantitaskan dari angka 1 sampai 14. Angka 1 berasal dari logaritma -1 atau 10-1. Jadi, jika nilai pH=1, berarti kepekatan ion H+ dalam tanah adalah 1/101 gmol/l. Tanah dengan kepekatan ini sangat asam. Sementara angka 14 berarti kepekatan H+ adalah 10-14 gmol/l. Tanah pada angka ini sangat basa. Jika angkanya 7 (nilai tengah) dikatakan netral, dimana kepekatan H+ dan OH- dalam jumlah yang seimbang.
Dalam hal budidaya tanaman, secara umum kondisi tanah yang baik adalah netral. Namun secara spesifik, setiap tanaman mempunyai nilai pH optimum yang berbeda-beda untuk mendukung pertumbuhannya. Misalnya tebu, cocok pada tanah yang sedikit basa (nilai pH diatas 7). Sementara kacang tanah dan jagung cocok pada tanah yang sedikit asam (nilai pH di bawah 7). Oleh karena beriklim tropis dengan curah hujan yang cukup tinggi, maka pada umumnya tanah di wilayah Indonesia mempunyai pH rendah atau kondisinya asam. Selain itu juga karena penggunaan pupuk anorganik yang terus-menerus dapat pula menyebabkan tanah menjadi semakin asam. Pupuk N yang diberikan dalam jumlah besar dan terus-menerus dapat mengasamkan tanah. Keragaman nilai keasaman dipengaruhi jenis pupuk N yang digunakan. Contohnya, bila amonium nitrat (mengandung 33,5% N) yang digunakan, terjadi pengurangan 1,8 gram CaCO3 setiap kali penambahan 1 gram N. Seratus gram pupuk ini mempunyai pengaruh mengasamkan tanah setara dengan kehilangan 59 gram CaCO3.
Tanah dengan pH rendah, sebagian unsur-unsur hara di dalamnya, terutama fosfor (P) dan kalsium (Ca) dalam keadaan tidak tersedia atau sulit diserap tanaman. Akibat curah hujan yang tinggi akan mempercepat hancurnya unsur-unsur mineral tersebut. Padahal unsur mineral ini sangat penting untuk mendukung pertumbuhan tanaman. Efek negatif lain dari tanah dengan pH rendah adalah semakin tinggi daya larut unsur aluminium karena bersifar racun bagi tanaman. Aluminium tidak bersifat racun kalau terikat oleh tanah. Bagi tanaman muda, keracunan aluminium menyebabkan tidak dapat hidup sampai sampai tua. Seandainya derajat keasaman tanah tersebut tidak terlalu asam, tanaman ini dapat tumbuh normal, tetapi tidak akan menghasilkan buah. Padi atau kacang-kacangan bila ditanam pada tanah yang agak asam hanya akan menghasilkan bulir padi atau polong yang hampa. Pada beberapa tanaman palawija seperti jagung dan kedelai akan memperlihatkan gejala kelainan pada sistem perakarannya akibat keracunan aluminium. Ujung akar membengkak sehingga tidak mampu berfungsi menyerap hara dan air.
Selain berpengaruh terhadap ketersedian unsur hara, pH tanah juga berpengaruh terhadap jasad mikro di dalam tanah. Nitrifikasi dan fiksasi nitrogen berlangsung cepat pada tanah ber-pH lebih dari 5,5. Kondisi tanah yang asam juga menjadi media yang cocok untuk pertumbuhan beberapa cendawan penyebab penyakit tanaman seperti Fusarium sp. dan Pythium sp. Jamur bisanya tumbuh baik pada lingkungan yang agak asam (pH sekitar 5), dan dapat tumbuh pada subtrat dengan kadar air yang sangat rendah (Webster, 1970. Introduction of Fungi.Cambridge University Press. 202-204).
Cara satu-satunya untuk memperbaiki tanah asam adalah dengan pemberian kapur. Pengapuran bertujuan untuk meningkatkan derajat keasaman tanah (pH) sehingga menjadi netral, nilainya sekitar 7. Selain itu, pengapuran juga berfungsi menambah unsur kalsium yang sangat diperlukan tanaman. Kalsium berfungsi untuk mengeraskan bagian tanaman yang berkayu, merangsang pembentukan bulu-bulu akar, mempertebal dinding sel buah dan merangsang pembentukan biji. Jika tanah terlalu basa usaha yang perlu dilakukan adalah penambahan unsur belerang.
Kapur pertanian yang beredar di pasaran terdiri dari kalsit (CaCO3) dan dolomit (CaCO3 MgCO3). Bila kondisi lahan sangat asam maka sebaiknya menggunakan kalsit, sebaliknya jika kondisi lahan agak asam maka dapat dipilih dolomit. Dilihat kandungan unsur haranya, dolomit lebih lengkap dibandingkan kalsit karena mengandung unsur magnesium (Mg) yang berfungsi membentuk zat hijau daun (klorofil).
Adapun dosis pemberian kapur tergantung hasil pengukuran pH tanah. Jika kondisi tanahnya sangat asam tentunya membutuhkan kapur semakin banyak. Seandainya lahan belum pernah dikapur dan tidak terdapat alat pengukur pH tanah, maka sebagai patokan dapat digunakan 4 ton kalsit per hektar. Pengapuran paling baik dilakukan bersamaan dengan pembajakan lahan. Dengan cara demikian, kapur pertanian akan segera tercampur merata dengan tanah dan terendam air sehingga langsung bereaksi meningkatkan pH tanah tersebut. Bila tanah kondisinya kering, siram tanah tersebut sampai cukup basah hingga kapasitas lapang. Kemudian biarkan tanah tersebut selama 2-4 minggu. Bila pengapuran digabungkan dengan pemberian pupuk kandang maka akan terjadi pengikatan unsur-unsur hara terutama fosfor dan beberapa unsur hara mikro pupuk kandang. Hal ini disebabkan adanya pengaruh kalsium dari kapur pertanian yang bereaksi dengan unsur-unsur mikro yang terkandung dalam pupuk kandang.
Sent from my BlackBerry® smartphone from Sinyal Bagus XL, Nyambung Teruuusss...!
0 komentar:
Posting Komentar